Mohon tunggu...
Lipa efiyanikomala
Lipa efiyanikomala Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

Seorang pemula yang berikhtiar untuk menjadi expertis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sampah Plastik Bikin Bumi "Sakit"

8 Oktober 2024   15:41 Diperbarui: 8 Oktober 2024   15:47 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampah plastik yang terlihat sepele ternyata telah menjadi musuh besar bagi planet kita. Tahukah Anda bahwa Indonesia adalah salah satu penyumbang sampah plastik terbesar di dunia? Bahkan, menurut penelitian terbaru, sungai-sungai kita kini sudah tercemar mikroplastik, yang bisa berakhir di piring makan Anda! Bagaimana bisa sampah plastik yang Anda buang hari ini, justru merusak masa depan anak cucu kita?

Penelitian dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukkan fakta mengejutkan---lebih dari 30% biota laut di perairan Indonesia sudah terkontaminasi mikroplastik. Tak hanya ikan, tetapi juga udang, kerang, dan bahkan garam laut yang dikonsumsi sehari-hari! Itu artinya, tanpa disadari, Anda mungkin sudah memakan partikel plastik yang berbahaya bagi tubuh.

Lebih mengkhawatirkan lagi, studi dari Universitas Indonesia (UI) menemukan bahwa Sungai Citarum, yang menjadi salah satu sumber air minum dan irigasi terbesar di Jawa Barat, telah berubah menjadi 'sup' plastik! Kandungan plastik di sungai ini bahkan mencapai 100 kg per kilometer. Fenomena ini menunjukkan betapa daruratnya pengelolaan sampah plastik di negeri kita.Banyak orang belum sadar betapa bahayanya plastik. Plastik membutuhkan ratusan tahun untuk terurai secara alami. Ketika terpecah menjadi mikroplastik, partikel ini bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara, air, dan makanan. Penelitian terbaru dari Universitas Hasanuddin di Makassar menunjukkan bahwa 80% kerang yang dikumpulkan dari Pantai Losari mengandung mikroplastik.
Bayangkan, ketika Anda menikmati seafood di restoran tepi pantai, Anda mungkin juga menyantap serpihan plastik berukuran mikroskopis yang dapat merusak sistem pencernaan dan menyebabkan gangguan kesehatan serius seperti kanker!.

Canva.com
Canva.com
Pemerintah Indonesia sebenarnya sudah berupaya mengatasi masalah ini dengan target pengurangan sampah plastik hingga 30% pada tahun 2025. Beberapa kota besar seperti Bandung dan Bogor sudah melarang penggunaan kantong plastik di supermarket. Namun, apakah ini cukup? Ternyata tidak. Tanpa kesadaran dan partisipasi aktif dari masyarakat, kebijakan ini hanya akan menjadi ilusi belaka.

Di sisi lain, komunitas lokal dan organisasi non-pemerintah terus menggaungkan berbagai kampanye peduli lingkungan. Salah satu gerakan yang patut diapresiasi adalah 'Plastic Reborn', yang mengubah sampah plastik menjadi produk bernilai tinggi seperti tas, paving block, hingga perabotan rumah tangga. Dengan dukungan yang tepat, inovasi-inovasi seperti ini bisa menjadi solusi konkret untuk mengurangi tumpukan sampah plastik di Indonesia.

Kita harus bertanya pada diri sendiri---apakah kita ingin terus hidup di antara tumpukan plastik, atau mulai bertindak untuk menyelamatkan bumi? Saatnya berhenti menunda-nunda! Kurangi penggunaan plastik sekali pakai, daur ulang sampah, dan dukung inisiatif-inisiatif lokal yang berjuang untuk lingkungan. Karena satu langkah kecil dari kita, bisa menjadi langkah besar untuk bumi yang lebih sehat!

Bumi "sakit" karena ulah kita. Apakah kita akan terus menambah rasa sakit itu, atau mulai menyembuhkan luka-luka yang ada? Keputusan ada di tangan Anda!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun