Nonton sirkus gratis yuk!  Demikian penulis mendengar obrolan anak-anak sekolah di dalam stasiun metro.  Ternyata saat melihat advertisement di dinding stasiun metro, terlihat iklan kota Montreal tentang  festival Montreal Complètement Cirque.  Mendengar kata sirkus, terbayang permainan adanya instalasi tenda besar di lapangan dekat kampung,  atraksi akrobatik dari para badut sirkus,  dan beberapa hewan terlatih seperti anjing, kera,  dan terkadang ikan lumba-lumba,  sebagaimana  sering Kompasianer lihat pada permainan sirkus keliling di kampung-kampung di Indonesia.  Namun semua image itu akan sirna saat menonton permainan  sirkus di ruang terbuka publik  di  Montreal Circus Art Festival 2016.
Festival Montreal Complètement Cirque ini sudah merupakan program tahunan dari turisme kota Montreal, yang  biasanya diselenggarakan selama 3 minggu penuh.  Untuk tahun 2016,  Montreal Circus Arts Festival ini merupakan edisi festival ke 7,  yang berlangsung dari tanggal 7 July  sampai 17 July 2016.  Dalam festival tahunan ini,  pihak panita juga mengundang beberapa klub sirkus international seperti Casus Circus (Australia),  Barely Methodical Troupe (Inggris), Cirque Le Roux (Prancis), dan juga beberapa negara Eropa lainnya. Â
Dalam acara ini,  terbagi dalam dua kategori, yaitu tontonan sirkus berbayar di ruang tertutup,   dan  juga acara sirkus di ruang terbuka publik yang gratis.  Untuk reportase kali ini, penulis akan mengunjungi salah satu acara sirkus gratis yang biasanya diselenggarakan di akhir pekan, di beberapa tempat secara sekaligus.  Bagi Kompasianer yang kebetulan sedang berkunjung  atau berlibur di Montreal, mungkin bisa menonton acara sirkus dengan melihat jadwal pertunjukan dalam brosur yang dapat diminta di tempat pertunjukan ataupun di kantor Turisme Montreal, serta di konter brosur turisme yang biasanya diletakkan di hotel-hotel.  Adapun acara gratis ini setiap lokasi memiliki sponsor yang berbeda,  jadi ada panggung yang disponsori oleh perusahaan seperti panggung Air France,  panggung Hydro Quebec, panggung TV Tout,  atau perusahaan lainnya sebagai bentuk kontribusi CSR terhadap kota Montreal.   Untuk tidak berlama-lama, mari kita simak foto-foto dan video reportase dari pertunjukan klub Fracas,  sebuah sirkus lokal dari Montreal,  yang merancang acara sirkus spektakular untuk acara festival ini.
Tahukah Kompasianers, mengapa  festival sirkus diselenggarakan di kota Montreal?  Salah satu jawabannya adalah karena kota Montreal di propinsi Quebec  merupakan penghasil dan pemasok pemain-pemain sirkus kelas dunia.  Pertama, terdapat banyak  klub-klub sirkus di Montreal dan propinsi Quebec yang sudah mendunia, dari yang paling terkenal yaitu Cirque du Soleil alias Sirkus Matahari, merupakan salah satu klub sirkus dengan jumlah pemain dan pertunjukan  paling kolosal  di dunia setiap tahunnya. Selain itu ada juga klub lain yang sudah bertaraf internasional seperti Cirque Éloize,  La TOHU, serta beberapa klub lokal.
Selain tempat bermarkasnya beberapa klub  sirkus bertaraf internasional, ternyata di Montreal juga terdapat sekolah sirkus yaitu National Circus School, unik di Canada.  École National de Cirque di Montreal ini merupakan satu-satunya sekolah di Amerika Utara yang menawarkan  program diploma untuk level SMU  dan juga  perkuliahan diploma III untuk seni musik, tari,  theater,  dan tentu saja akrobatik sirkus.  Jadi tidak heran bila setiap tahun dibuat acara festival Montreal kota sirkus.
Sirkus The Fracas
Hari Minggu  lalu, 10 July 2016, penulis tiba di salah satu ruang terbuka publik tempat berlangsungnya sirkus the Fracas.  Sebenarnya ada delapan pertunjukan sirkus  gratis di akhir pekan yang tersebar di berbagai sudut kota Montreal, namun penulis hanya memilih yang lokasinya paling dekat saja. Acara ini berlangsung di taman Emilie-Gamelin,  sebuah ruang  taman terbuka publik yang lokasinya tepat di samping Metro stasiun Berri-UQAM, dimana di taman  tersebut juga terdapat instalasi seni 1.26 karya Janet Echelman.  Begitu keluar dari stasiun metro, terlihat banner acara dari  awal sampai akhir festival, berikut jam pertunjukannya.
Dari acara Montreal Complètement Cirque ini,  penulis melihat bahwa penyelenggara dalam hal ini pemda kota Montreal telah sangat berhasil dalam menghadirkan seni budaya akrobatik, khususnya sirkus kepada masyarakat umum.  Dalam Montreal Circus Arts Festival ini, panitia membagi dua kategori yaitu menonton sirkus berbayar, atau masyarakat dapat menonton sirkus gratis di ruang publik.  Untuk mewujubkan hal gratis,  pihak pemda ternyata bekerjasama dengan sponsor perusahaan, dimana dalam hal ini pemda menunjuk beberapa ruang taman publik yang layak untuk dijadikan ruang pertunjukan,  dan pihak sponsor dapat membangun panggung dan membiayai honor para pemain sirkus lokal.  Tentunya hal ini sangat menguntungkan semua pihak.  Pihak pemda acaranya sukses, dapat menarik turis untuk berkunjung, dengan biaya yang sangat minim, karena promosi ditanggung sponsor.  Selain itu, masyarakat setempat juga mendapatkan acara hiburan yang positif.  Sukarelawan untuk membantu panitia pun direkrut dari kalangan pelajar, untuk membantu di sore hari di akhir pekan.   Klub sirkus lokal mendapat honor yang lumayan dari sponsor, walaupun pertunjukan mereka bersifat gratis untuk masyarakat.
Selain itu,  acara panggung sirkus gratis, tidak hanya terpusat di satu tempat, tapi dibagi ke  beberapa lokasi lainnya di berbagai sudut kota Montreal, dimana satu panggung diberikan hak sponsor kepada satu atau beberapa  perusahaan.  Hal ini membuat masyarakat tidak perlu berbondong bondong pergi jauh ke satu tempat, tapi cukup ke tempat yang terdekat dengan lokasi mereka saja.  Walaupun acara akrobatik di tiap lokasi berbeda-beda temanya.
Bila saja cara pemda Montreal ini ditiru oleh perencana festival  dari biro turisme propinsi  di Indonesia, penulis yakin akan banyak manfaat positif yang diperoleh oleh pihak pemda-pemda di Indonesia,  entah untuk pekan seni tradisional propinsi,  yang mana bila dimungkinkan dilaksanakan tidak hanya satu hari saja, tetapi selama 3 minggu di satu bulan,  dimana acara pertunjukan hanya dilakukan di akhir pekan saja, misalnya  hari Sabtu Minggu saja.  Dengan melibatkan para pelajar untuk berpartisipasi sebagai sukarelawan pun diyakini akan membuat mereka memiliki semangat kebersamaan antar relawan dari berbagai sekolah.  Selain itu dengan waktu festival selama 3 minggu,  akan sangat membantu sanggar-sanggar seni tradisional untuk  tampil pentas ke muka publik,  tentunya akan lebih baik dibanding diberikan bantuan finansial dari pemda,  tapi tetap saja sepi penonton di hari-hari regular. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H