Beberapa menit lalu baru saja penulis membaca berita bahwa perusahaan transportasi Uber di Indonesia pada hari Selasa 8 December 2015, menyatakan telah mendapatkan lampu hijau dari pejabat pemerintah DKI untuk beroperasi di Jakarta, dan segera mendapatkan bantahan dari Gubernur DKI Ahok sebagaimana diberitakan di berbagai berita mainstream pada hari Kamis, 10 December 2015.  Terlihat jelas sekali dari beberapa pernyataan terakhir para pejabat baik dari departemen perhubungan RI, Gubernur DKI, maupun walikota Bandung untuk tidak akan melegalkan selama Uber tidak mengikuti aturan regulasi angkutan umum khususnya taksi yang berlaku selama ini di Indonesia. Â
[caption caption="Montreal (garis Merah) telah dilayani Uber, banyak request jasa Uber di luar Montreal (belum terlayani)."][/caption]
Melihat hal ini, sebenarnya penulis tidak terkejut, karena itu sudah merupakan salah satu strategi global Uber dalam tarik ulur masalah legalisasi usaha transportasi mereka di negara manapun di dunia. Dalam hal ini adalah sangat menarik untuk mencoba melihat secara objektif bagaimana tiga pihak utama yang berkepentingan yaitu perusahaan Uber, regulator, dan sopir taksi resmi memainkan strategi mereka,  termasuk juga sikap dari sebagian besar konsumen Uber.  Sama seperti di Indonesia, di Canada transportasi Uber juga masih menjadi kontroversi dan dianggap  illegal karena mereka tidak mau mengikuti aturan regulasi untuk angkutan umum taksi di Canada.  Untuk analisis ini, penulis mencoba untuk menganalisa berdasarkan fakta dan data dari  strategi mereka di Canada, untuk kemudian dibandingkan dengan keadaan di Indonesia, karena secara umum penulis melihat strategi Uber seakan memiliki panduan global yang serupa untuk diterapkan di berbagai negara, namun regulator mungkin memiliki strategi yang berbeda antar negara. Mari kita telaah bersama strategi Uber dan  regulator di Canada serta perusahaan taksi resmi di Canada, mungkin ada hal-hal mengejutkan yang bisa menjadi masukan dan membuka wawasan Kompasianers, dan juga agar regulator  dan konsumen  di Indonesia dapat mengetahui strategi dari Uber ini, baik yang terlihat kasat mata, maupun strategi yang tersembunyi.
[caption caption="Karun Arya (Communication Lead Uber South East Asia and India) & Gia (Marketing Manager Uber Indonesia) klaim dapat lampu hijau di Indonesia."]
Â
 Strategi Uber Merebut Pangsa Pasar
           Selama ini konsumen hanya tahu bahwa Uber sering memberikan harga yang lebih murah dibandingkan taksi resmi. Namun masalah tarif ini menggerogoti pemasukan daripada sopir taksi resmi. Kalau melihat sikap beberapa sopir taksi resmi di Indonesia yang seringkali di media masih sering berkata kalau rejeki itu diatur sama yang diatas, maka di Canada, para sopir dan perusahaan taksi resmi sangat menentang Uber karena data yang diungkap menjadi dasar utama mereka. Regulator juga tidak setuju karena terdapat potensi kerugian negara dari hal pajak, dan juga masalah regulasi keselamatan transportasi umum yang belum dipenuhi oleh Uber Canada. Â
           Tahukah Kompasianers berapa jumlah pemakai Uber di Jakarta setiap bulannya? Berapa orang yang mencoba memesan Uber setiap bulannya di kota Solo dan Salatiga yang belum dilayani Uber? Mengapa Uber membuka servicenya satu kota demi satu kota, dan tidak sekaligus membuka servicenya untuk seluruh propinsi? Â
Dapat penulis pastikan Kompasianers tidak akan pernah tahu jumlahnya, dan juga tidak tahu alasan Uber hanya membuka jasa mereka satu kota demi satu kota saja. Berbeda dengan di Canada yang ada undang-undang keterbukaan informasi publik, maka perusahaan ataupun pejabat wajib membuka datanya yang berhubungan dengan pelayanan umum, kecuali bila hal-hal yang bersifat rahasia negara.  Kalau melihat data di bawah ini, maka jawaban terhadap tiga  pertanyaan tersebut dapat terjawab dengan mudah.  Mari kita bahas bersama-sama.
[caption caption="Data Uber Canada, di Okt 2015 terdapat 15,000 upaya pemesanan di kota perbatasan utara dan selatan Montreal, region yang belum dilayani Uber (sumber Journal Metro)."]
Â