Di suatu hari ketika aku beranjak remaja, tanpa sengaja aku bertemu denganmu wahai nona cantik, pada awal kita bertemu di dalam kelas yang sama. Aku pun kagum dengan kepintaran dan kebaikan hati yang kamu tunjukkan kepada siapa saja ketika di kelas.
  Perlahan aku pun mulai menunjukkan kenyamananku terhadap mu dengan sering berkomunikasi dan bertukar informasi bersama hingga engkau menjadikanku sebagai sahabat mu, sebagai balasan hatiku aku pun membuat satu artikel khusus yang berisi segala pujianku terhadap mu sayang.
  Namun hubungan persahabatan kita sempat terputus di saat aku jatuh cinta kepadamu dan lagi sayang-sayangnya denganmu wahai kekasih pujaan hatiku.
  Sejak itu aku pun tidak bisa memalingkan pikiranku terhadap paras dan wajah mu yang cantik dan primadona sekali bagiku, kecantikanmu itu bagaikan bidadari yang jatuh dari Surga untuk mencari pasangannya.
  Walau begitu aku pun akhirnya memberanikan diri untuk menembak dirimu sebagai kekasihku, tetapi sayang seribu sayang aku ditolak oleh dirimu, karena engkau tidak ingin berpacaran di usia remaja yang masih terlalu dini dan belum mampu secara baik memanajemen emosi.
  Tetapi akupun tetap mencintaimu, walau sekarang aku tahu aku tidak bisa mendapatkan hati mu, namun aku berharap jika suatu saat engkau akan menjadi kekasihku hingga maut memisahkan kita berdua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H