"Bilang ke aku dek, apa yang sudah dia perbuat ke kamu?" Bilangggg..." nada suara Mas Pri penuh kemarahan sambari mengguncang tubuhku namun belum pula aku meneruskan kata-kataku tiba-tiba ia membalikkan tubuhnya.
"Biadab..,!!! Aku tidak terima harga diri keluargaku diinjak-injak!!! Mas Pri berubah sangat garang, darah lelakinya mulai mendidih, Mas Pri meninggalkanku seketika, menyambar topi dan jaketnya lalu pergi dengan mata yang memerah penuh amarah.
"Mas..Mas.. Mau kemana??" aku mengejarnya namun tubuhnya bak bayangan yang sangat cepat menghilang diantara keramaian orang-orang.
Aku duduk dan sangat bingung, aku sangat mengkhawatirkan Mas Pri, aku ingin menyusulnya tapi aku takut bertemu dengan tiga brewok kasar itu yang menodongku dengan belati tumpulnya hingga menggores bahu dan menyobek lengan bajuku.
Tiba-tiba.... Suara handphone membuyarkan pikiranku, bergegas kuangkat..
"Dek, maafkan Mas... tolong jaga anak-anak kita, aku pamit, si bangsat itu telah kubunuh untukmu sayang..tapi dadaku ditembaknya juga,,,aku..aku...prakkkk,,suara benda yang kupikir handphone Mas Pri terjatuh,,
"Masss Pri...Mas,,,jawab aku mas..." tangisku pecah bercampur pilu.
Setelah pemakaman Mas Pri, media massa dan elektronik mulai sibuk meliput kejadian itu, aku dan anak-anak telah meninggalkan rumah setelah beberapa kali wartawan dan polisi sibuk mencecarku dengan pertanyaan-pertanyaan yang memuakkan, kasus itu ternyata bukan milikku saja tapi banyak kasus yang terkuak setelah kejadian itu mencuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H