Dalam pengalaman kita, menemukan bahwa ada hal-hal yang kita sebut kurang baik, kurang benar, kurang mulia; yang lain disebut lebih baik, lebih benar, lebih mulia. Akan tetapi, gaya pengungkapan seperti itu atau gaya perbandingan seperti ini hanya mungkin karna hal-hal itu dalam arti tertentu menunjuk kepada suatu keadaan maksimum. Gagasan di balik itu ialah setiap makhluk mempunya tujuan pada dirinya, atau bahwa segala sesuatu diarahkan secara teleogis pada tujuan tertentu. Dengan kata lain, ada pelbagai Tingkat kesempurnaan, sehingga pada setiap genus ada hal yang memenuhi keadaan paling maksimum.
- Jalan Kelima; Bukti Berdasarkan Ketertiban Alam Semesta
Kita mengalami bahwa segala sesuatu yang menjadi bagian dari alam atau bagian dari tubuh manusia, yang tidak memiliki inteligensi, ada dan beraktifitas sesuai dengan ketertiban tertentu untuk mencapai tujuan atau fungsi tertentu. Ini berarti, benda – benda bereksistensi tidak secara kebetulan, melainkan karena ketertiban yang direncanakan. Aquinas menyimpulksn bahwa mesti terdapat suatu eksisten inteligen yang olehnya segala sesuatu yang alamia diarahkan secara tertib menuju tujuannya. Eksisten yang dimaksut itu disebut “Tuhan”.
KESIMPULAN
Melalui pernyataan yang disampaikan oleh Paus Benediktus XVI mengenai iman umat beriman terkhususnya kaum muda di zaman sekarang ini, yang mulai mengalami kesorotan atau kemunduran tentang eksistensi Tuhan. Dengan demikian, untuk mendorong, memotivasi, dan menumbuhkan iman umat tentang eksistensi Tuhan, Penulis bertolak dari kerangka pengalaman dan pemikiran dari Thomas Aquinas yang dengan segala keterbatasan manusiawinya Aquinas berusaha untuk menjelaskan eksistensi Tuhan yang riil. Agar supaya iman umat dapat ditumbuhkan dan kembali percaya bahwa eksistensi Tuhan itu benar – benar ada dan terjadi di dalam hidup sehari – hari.
DAFTAR PUSTAKA
Books, Tim Chivita. Ensiklopedi Orang Kudus Sepanjang Tahun. Yogyakarta: Chivita Books, 2016.
Budyapranata, Pr, Aloysius. Menyadari Kehadiran Tuhan Dalam Hidup. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara, 2011.
Ohoitimur, MSC, Dr. Johanes. Metafisika Sebagai Hermaneutika. Jakarta: Obor, 2006.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H