Mohon tunggu...
Marcellinus Vitus
Marcellinus Vitus Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa STF Driyarkara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mari Berpikir Kritis!

27 Februari 2015   18:17 Diperbarui: 15 Oktober 2015   21:45 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita tentunya sering mendengar ajakan untuk “berpikir kritis” dalam menghadapi suatu persoalan atau permasalahan. Dalam soal-soal ujian pun juga seringkali ditanyakan, “coba berikan tanggapan kritismu!” Mungkin seringkali kita bingung atau bahkan salah mengartikan maksud dari “kritis”, “tanggapan kritis”, atau pun “berpikir kritis”. Tulisan sederhana ini mau mengajak kita semua untuk melihat secara sederhana maksud dari kata “kritis” sehingga nantinya kita pun dapat “berpikir secara kritis”.

 

Kata “kritis” yang dimaksud di sini berbeda dengan maksud kata “kritis” dalam nuansa Unit Gawat Darurat. Arti kata “kritis” dalam nuansa tersebut, lebih bermakna perihal “situasi genting atau gawat darurat”. Makna “kritis” yang dimaksud dalam ajakan “berpikir kritis” atau pun “tanggapan kritis” jauh berbeda dengan makna “kritis” tadi.

 

Kata “kritis” berasal dari Bahasa Yunani krinein, yang memiliki arti memilah-milah, menyelidiki, dan menilai. Dari arti kata secara etimologis ini semakin jelas makna kata “kritis” yang dimaksud dalam pembahasan kita ini. “Berpikir Kritis” mengajak kita semua untuk mampu memilah-milah dan mengelompokkan argumen-argumen yang ada. Pengelompokkan ini dapat berguna untuk melakukan penilaian atasnya. Pemilahan dan pengelompokkan yang paling sederhana adalah dengan melakukan pengelompokkan berdasarkan argumen atau sisi yang kuat (kelebihan atau unsur positif) dengan yang lemah (kekurangan atau unsur negatifnya).

 

Ujungnya memang melakukan penilaian, namun “berpikir atau memberikan tanggapan kritis” tidak semata-mata menyampaikan hal-hal yang buruk atau negatif (lebih familiar dengan kata “kritik”) saja. Kata “kritis” ini lebih-lebih mengajak kita mau secara fair menyampaikan sisi kelebihan dan kekurangan dari suatu hal yang kita selidiki.

 

Cara sederhana yang dapat kita lakukan adalah (1) telitilah dalam membaca, mendengar, atau mengetahui suatu persoalan. Maksudnya adalah pahami secara komprehensif argumen-argumen yang diberikan; (2) Kelompokkan argumen-argumen tersebut (bisa berdasarkan kelebihan/kekurangan, dsb); (3) Sampaikan (lebih baik juga dengan pujian) kelebihan/kebaikkannya dan sampaikan pula (seranglah) titik lemahnya.

 

Berpikir kritis tidaklah sulit…. Cara ini membantu kita untuk tidak reaktif terhadap segala permasalahan yang ada. Jadi, Mari kita berpikir kritis!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun