Mohon tunggu...
HARIYANTO
HARIYANTO Mohon Tunggu... Lainnya - Karakter

Lintas Tulisan, (Filsafat, Politik, Pendidikan, Agama, dan berita terkini)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mereka Masih Bermain

22 Agustus 2020   15:29 Diperbarui: 22 Agustus 2020   15:31 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah dunia yang dahulu sebagai tempat bermain, sekrang disulap menjadi tempatnya manusia hidup tapi mati. Manusia hidup tapi mati itu siapa ya? Iya, manusia yang hidup tetapi buta, terhipnotis oleh gadget, tidak ada gadget dizaman revolusi industri 4.0 ini seakan-akan kurang lengkap iman dalam kehidupan. Penyakit kecanduan gadget dizaman modern ialah kronis stadium 4. meracuni jutaan umat manusia, mulai dari anak-anak, remaja, sampai dewasa, bahkan tua renta, semua terkena virus tersebut.

Paradoks sekali, fenomena tersebut terjadi di kota maupun diwalayah terpencil atau kampung, jika dilihat diperkotaan sudah langka sekali untuk menemukan anak-anak yang bersenang ria bermain-main, permainan yang dahulu legend jika kami kategorikan seperti kelereng, layang-layang, gasingan, lempar kerang, patok lele dan banyak game legend lainnya, tentu tidak bisa disebutkan satu persatu, karena bejibun sekali.

Tetapi, jika melihat sedikit dari perkampungan-perkampungan terpencil masih dapat menjumpainya, samar-samar tidak mengapa. Masih terlihat mereka bermain permainan legend yang disebutkan tadi. Ironis sekali melihat anak-anak yang kecanduan gadget, yang seharusnya masa kecil tidak begitu.

Betul juga jika manusia yang hidup harus mengikuti zaman yang super duper canggih, tetapi tidak banyak manfaat positifnya sekarang, terlebih lagi akibat dampak negatif yang merongrong otak dan pikiran anak tersebut, hingga timbullah rasa malas, malas untuk membaca buku karena adanya gadget tersebut. Contoh kasus yang terjadi seperti anak-anak kecanduan game, hingga tidak mau sekolah.

Beberapa bulan lalu media sempat digegerkan ada seorang remaja yang stres karena game online. Sekarang ini seorang mahasiswa, kakek-kakek dan nenek-nenek pun bermain tik tok untuk berjoget-joget, apakah negeri ini ingin mencetak generasi semacam itu? Negeri ini menjadi ngeri.

Di kampungku alhamdulillah masih aku temukan anak-anak yang bermain, ya walaupun tidak banyak tetapi bagiku ini adalah pemandangan yang bagus , teramat baguslah. Karena apa? Karena pemandangan ini sangat langka, menurut perspektifku belum saatnya mereka untuk candu gadget, ya bermainlah walaupun sangat bising didengar, suara mereka yang mendeking itu lebih baik bagiku dari pada 12 jam game terus, gadget terus. Satu peluru hanya mampu menembus satu kepala, tetapi satu media mampu menembus ribuan bahkan jutaan kepala.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun