Jatisobo, Polokarto, SukoharjoÂ
Masjid AgungKyai Khotib Iman
Masjid Agung Jatisobo ini terletak di Kelurahan Jatisobo, Kecamatan Polokarto, Sukoharjo Jawa Tengah, berdiri pada tahun 1837 M / 132 H dituliskan pada pintu masjid bagian dalam, masjid ini juga termasuk salah satu masjid tertua di Sukoharjo, seorang tokoh ulama Kyai Khotib Iman adalah pendiri masjid agung ini bersama beberapa pengikutnya, serta sebagai perintis perkampungan di kelurahan Jatisobo. Dalam cerita rakyat atau babadnya bahwa masjid ini di bangun sebelum adanya perkampungan dan masih hutan belantara, pada waktu itu, awal mulanya terdapat pohon jati menjulang tinggi dan besar bahkan 4 orang merangkulnya tidak cukup karena begitu besarnya pohon tersebut, pohon jati ini memiliki fenomena keunikan sendiri dalam kisah babadnya, pohon tersebut bayangannya mampu sampai keraton Surakarta, sehingga membuat Kyai Khotib Iman, terketuk hatinya untuk melangkahkan kakinya menuju tempat pohon jati tersebut, ketika beliau Kyai Khotib Iman sampai di tempat tujuan dan menamai pohon jati itu dengan nama jati sebo, yang bermakna sebo adalah sowan, dan kini kampung tersebut di namakan jatisobo dari kata jati sebo.
Masjid Agung Jatisobo tersebut di bangun dengan satu pohon saja, pohon jatisebo yang ditebang oleh Kyai Khotib Iman beserta para pengikutnya, setelah dibangunnya Masjid, beliau mendirikan padopekoan di utara Masjid, seiringnya waktu kemudian beliau memiliki banyak santri dari jauh untuk belajar dengan beliau sehingga, beliau membuat pemukiman di utara masjid, untuk tempat penginapan para santrinya, dan menamai pemukiman tersebut dengan nama Kauman yang berarti kaum beriman darisitulah kampung Kauman tercipta, sedangkan lokasi tersebut dekat dengan sungai samin sangatlah strategis untuk jalur perdagangan mulailah Kyai Khotib Iman mendirikan pasar perdagangan hingga terciptanya kampung-kampung lainnya dari mulai Kajoran, Gandon, Gagan, Jengglong, Pandak, Kersan , Suruh Pabrik.
Walaupun belum bisa dipastikan cerita babad ini valid paling tidak mampu digunakan sebagai sumber referensi karena peneletian terakhir salah satu warga dari kajoraan mengungkapkan bahwa ditemukan candi-candi kecil di sekitar pesawahan dan sungai samin, sehingga dapat berargumen bahwa dulunya sebelum Kyai Khotib Imam datang sudah ada perkampungan walaupun masih kecil belum banyak penghuninya atau bisa jadi perkampungan tersebut sudah tak berpenghuni karena adanya bukti peninggalan hindu budha ataukah itu hanya sebuah napak tilah pertapaan, yang jelas perlu dilakukan pengkajian lebih dalam dan membutuhkun ahli arkeologi untuk meneliti candi-candi kecil tersebut. Tapi letak candi itu sendiri di bagaian mana saya sendiri juga belum terjun langsung ke lokasi. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H