Islam sebagai wahyu Illahi tidak memiliki kepentingan sepihak yang menjadi sifat manusia. Manusia memang pelaksana aturan yang bersumber wahyu, tapi ketegasan peradilan Islam telah menjamin hukum tertinggi ada di tangan Illahi. Maka tidak layak siapapun mengambil keputusan dengan tendensi nafsu. Rakyat secara keseluruhan adalah pemegang kekuasaan dan pengontrol pemimpin. Hukum tertinggi adalah apa yang ditetapkan oleh Pencipta manusia. Non muslim yang tidak terbukti melanggar hukum kemasyarakatan akan terlindung oleh keadilan sistem sanksi Islam. Inilah kunci keadilan dan rahmat Islam lil ‘alamin.
Politik luar negeri Islam pun membuktikan sifat rahmatnya. Alih-alih menjajah, penerapan Islam kaaffah membuat futuhat (pembebasan) dirindukan oleh bangsa lain. Bukan diskriminasi yang terwujud, tapi terbukanya pintu untuk semua ras dan agama. Disinilah urgensi Islam sebagai landasan utama bermasyarakat dan bernegara.
Gambaran teknis rincian politik negara Islam ini tidak akan didapatkan kecuali dengan jalan mengkaji Islam politik secara mendalam. Islam politik sebagaimana akan ditemukan dari praktik kepemimpinan Rasulullah dan para shahabat radhiyallahu ‘anhum yang terjaga keadilannya.
Kejujuran atas keadilan Islam (anti diskriminasi) tercermin dari apa yang pernah disampaikan Carleton S, Chairman and Chief Executive Officer, Hewlett-Packard Company, saat mengomentari peradaban Islam masa Kekhilafahan dari tahun 800 hingga 1600: Peradaban Islam merupakan peradaban yang paling besar di dunia. Peradaban Islam sanggup menciptakan sebuah negara adidaya kontinental (continental super state) yang terbentang dari satu samudera ke samudera lain; dari iklim utara hingga tropik dan gurun dengan ratusan juta orang tinggal di dalamnya, dengan perbedaan kepercayaan dan asal suku….Tentaranya merupakan gabungan dari berbagai bangsa yang melindungi perdamaian dan kemakmuran yang belum dikenal sebelumnya (Ceramah tanggal 26 September 2001, dengan judul, “Technology, Business, and Our way of Life: What Next” www. Khilafah com.)
Kata terakhir tentu ada di tangan umat muslim, juga di tangan rakyat secara umum. Terlepas dari era siapapun yang memimpin AS, beranikah kita jujur membaca fakta?!
Bagi seorang muslim, adakah sikap teguh menetapi jalan ahlu sunnah Rasulullah secara kaaffah untuk mewujudkan kembali Islam rahmatan lil ‘alamin. Demi membuktikan keyakinan bahwa al Kholiq adalah Sang Maha Adil terhadap seluruh ciptaan-Nya. Bagi non muslim, adakah cita-cita Anda untuk hidup damai mengantarkan pada keseriusan mencari sistem hidup yang ideal? Mari jujur dan adil. Coba pelajari sistem politik islam yang murni. Tanpa memandang sinis diawal, ‘agama’ apa yang membawanya. Karena keyakinan dan ibadah agama apapun akan tetap terjamin dengan Islam kaaffah rahmatan lil ‘alamin. [za]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H