Mohon tunggu...
Lintang Chandra
Lintang Chandra Mohon Tunggu... -

Seorang pemikir bebas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Asal Usul Kota Kandangan: Sebuah Studi Toponimi

10 Mei 2015   00:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:12 1343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jika dari Kota Jombang atau Kediri hendak pergi ke Malang, biasanya orang memilih jalur lewat Kota Kandangan. Kota ini hanyalah sebuah kota kecil yang merupakan perbatasan antara Kota Jombang, Kediri dan Malang. Tidak ada yang istimewa dari kota ini selain Ponpes Gontor Putri dan Pasar Kandangan yang ramai 24 jam dengan aneka kuliner sekelas warung kopi.

Nama "Kandangan" sepertinya berasal dari kata "Kandang" atau tempat atau rumah bagi hewan ternak. Tetapi jika ditelusuri sejarahnya ke belakang, sebenarnya kata "Kandangan" berasal dari kata "Kadangan Atuha". Nama daerah ini disebutkan dalam Prasasti Kinawe yang berangka tahun 928 Masehi yang ditemukan di Tanjung Kalang. Pada prasasti tersebut disebutkan tentang watek atau daerah-daerah bawahan Kerajaan Medang atau Mataram Kuno yang ada di wilayah Jawa Timur. Salah satu daerah bawahan yang dimaksud adalah Kadangan Atuha yang lokasinya diperkirakan berada di Kota Kandangan sekarang.

Watek Kadangan Atuha dulunya adalah kota kuno yang memiliki peradaban penting di Jawa Timur pada abad X. Jika dilihat dari kualitas tanahnya yang subur dan lokasinya yang berada di perbatasan antar daerah, kemungkinan besar kota ini merupakan salah satu daerah sentra hasil pertanian yang sangat penting. Namun lambat laun seiring waktu daerah ini hanya menjadi sebuah kecamatan kecil dan sejarahnya mulai dilupakan orang.

Kata "Kadangan" berasal dari kata dasar "Kadang" yang dalam bahasa Sanskerta berarti kerabat atau saudara. Kemungkinan besar pada masa itu daerah-daerah bawahan Kerajaan Medang di Jawa Timur dipimpin oleh para bangsawan yang masih memiliki kekerabatan dengan Raja Dyah Wawa yang saat itu menjadi Raja Medang. Pengucapan kata "Kadangan" mengalami evolusi dari waktu ke waktu sehingga menjadi "Kandangan". Makna dasarnya menjadi hilang karena dari yang awalnya bermakna kerabat raja akhirnya menjadi bermakna kandang ternak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun