Bagaimana pembelajaran mahasiswa mencerminkan esensi dari ilmu yang mereka pelajari? Tidak ada yang lebih mengena selain melalui proyek nyata di tengah masyarakat. Dalam kegiatan ini, teori berpadu dengan praktik, menjadikan pembelajaran tidak hanya bermakna tetapi juga membawa manfaat yang nyata. Melalui inisiatif Project Based Learning (PjBL), mahasiswa semester 5 Program Studi Keperawatan Universitas Madani berhasil  mengintegrasikan ilmu dari mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan Konsep Keperawatan Komunitas dapat dihidupkan. Acara edukasi berlangsung pada hari Rabu, tanggal 18 Desember 2024.
Lokasinya tak biasa, JJ Stable, sebuah tempat berkuda dan memanah yang terletak di Modinan, Banyuraden, Sleman, Yogyakarta. Di bawah langit sore yang cerah, suasana alam terbuka menjadi saksi kolaborasi antara 11 mahasiswa -- Adzam, Wisnu, Fito, Ilyas, Anisa, Annur, Endang, Khaira, Lintang, Nola, dan Syehsya. Tempat itu tak hanya menjadi arena berkuda, tetapi pertama kalinya menjadi ruang edukasi yang memikat, menghadirkan harmoni antara pembelajaran dan pengabdian. Bahkan daya pikatnya membuat beberapa peserta yang jauh seperti dari Wonosari menyempatkan hadir untuk kegiatan perdana ini di JJ Stable.
Harmoni Ilmu dan Teknologi
Kegiatan dimulai dengan pemeriksaan kesehatan gratis yang meliputi pengukuran tekanan darah dan Body Mass Index (BMI). Langkah awal ini dirancang untuk menarik perhatian peserta dan membangun kepercayaan terhadap program yang akan dilaksanakan. Warga setempat dengan antusias mengikuti pemeriksaan, yang juga memberikan gambaran awal tentang kondisi kesehatan mereka.
Setelah pemeriksaan kesehatan, acara berlanjut dengan sesi pemaparan materi kesehatan. Mahasiswa menyampaikan tiga tema utama yang relevan dengan aktivitas di JJ Stable, yaitu penanganan pingsan, nutrisi olahraga, dan cedera ringan. Materi ini disampaikan dengan metode interaktif, menggunakan presentasi visual dan video yang dirancang untuk mempermudah pemahaman.
Salah satu diskusi yang menarik perhatian adalah tentang pilihan air minum selama olahraga. Peserta bertanya apakah lebih baik mengonsumsi air dingin atau hangat. Lintang Savitri menjelaskan bahwa air dingin lebih baik untuk menurunkan suhu tubuh saat olahraga, dengan catatan tidak terlalu dingin agar tidak menimbulkan efek mengejutkan. Hal ini didukung oleh penelitian yang menunjukkan bahwa konsumsi air dingin atau es dapat meningkatkan performa olahraga, terutama dalam lingkungan panas dan lembap. Sebagai tambahan, Lintang juga menyarankan pola minum sesuai sunnah Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam, yaitu bernafas tiga kali saat minum, seperti yang diriwayatkan dalam hadits:
"Biasanya Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bernafas tiga kali ketika minum. Dan beliau bersabda: 'Sesungguhnya dengan begini haus lebih hilang, lebih lepas dan lebih enak'"Â (HR. Al-Bukhari 5631, Muslim 2028).
Mahasiswa juga memperkenalkan pendekatan modern dalam edukasi dengan menyediakan booklet digital. Peserta dapat mengakses booklet dengan mudah melalui scan barcode, sehingga informasi yang disampaikan tidak hanya berhenti pada acara tetapi dapat diakses kapan saja dan bisa bermanfaat untuk masyarakat luas.
Pemaparan materi tidak hanya fokus pada teori tetapi juga memberikan panduan praktis yang dapat langsung diterapkan oleh masyarakat. Khaira dan Cinta membahas pentingnya nutrisi seimbang untuk mendukung aktivitas fisik, termasuk klarifikasi terhadap mitos seperti "olahraga cukup tanpa diet." Annur dan Syehsya memberikan panduan penanganan darurat pada korban pingsan, mulai dari mengamankan lokasi hingga memanggil bantuan. Sementara itu, Ilyas menjelaskan cara menangani cedera ekstremitas atas dengan langkah-langkah sederhana yang dapat dilakukan oleh masyarakat awam.
Para peserta merespons dengan antusias selama sesi tanya jawab, menunjukkan ketertarikan yang besar terhadap materi yang disampaikan. Mahasiswa tidak hanya menjawab dengan lugas tetapi juga memberikan konteks ilmiah dan relevansi praktis yang memperkuat pemahaman peserta.