Mohon tunggu...
Lintang Rahmalia
Lintang Rahmalia Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Airlangga

MBTI INFP, hobi membaca dan mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mitos Pantangan Ibu Hamil Memakan Lauk Pauk Hewani Dalam Kehidupan Masyarakat Madura

20 Juni 2024   08:11 Diperbarui: 20 Juni 2024   18:36 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber : Pinterest)

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak suku dan ras. Hal tersebut menjadikan Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan dan tradisi yang beragam dari berbagai daerah. Selain itu juga terdapat mitos yang tersebar dari mulut ke mulut secara turun temurun membuat masyarakat percaya akan hal tersebut. Padahal tidak semua mitos yang dipercayai dapat dibuktikan kebenarannya dan sebagian dari mitos tersebut dapat menimbulkan resiko bagi seseorang. 

Di wilayah Madura, banyak tersebar mitos dan tradisi terutama pada siklus perempuan mulai dari bayi, anak-anak, remaja, ibu hamil, bersalin, nifas dan umum. Salah satu mitos yang tersebar dan dipercayai oleh masyarakat adalah pantangan ibu hamil mengonsumsi lauk hewani karena dapat menyebabkan pendarahan dan keguguran janin. Lauk hewani dikenal memiliki kandungan gizi dan sumber protein tinggi yang dapat membantu melengkapi kebutuhan gizi tubuh. Protein berperan sebagai zat pembangun atau pembentuk serta memperbaiki jaringan tubuh pada janin, membantu pembentukan darah, berperan dalam pertumbuhan jaringan, plasenta, dan otak membentuk antibodi, serta menjaga kesehatan tulang ibu dan janin (Diskes, 2023). 

Selain itu, lauk pauk hewani juga memiliki kandungan zat besi yang tinggi dalam bentuk heme. Kebutuhan zat besi selama kehamilan meningkat karena digunakan untuk pembentukan sel dan jaringan baru (Kemenkes, 2014). Zat besi (Fe) berperan sebagai sebuah komponen yang membentuk mioglobin, yakni protein yang mendistribusikan oksigen menuju otot, membentuk enzim, dan kolagen. Zat besi juga berperan penting dalam mencegah anemia pada ibu hamil, mengurangi resiko kematian ibu akibat pendarahan pada saat melahirkan, dan memberikan asupan nutrisi yang baik pada janin. Kebutuhan kandungan zat besi (Fe) pada ibu hamil adalah sekitar 800 mg. Adapun kebutuhan tersebut terdiri atas 300 mg yang dibutuhkan untuk janin dan 500 gram untuk menambah masa hemoglobin maternal. Kelebihan sekitar 200 mg dapat diekskresikan melalui usus, kulit, dan urine. Pada makanan ibu hamil, tiap 100 kalori dapat menghasilkan sebanyak 8-10 mg Fe (Kemenkes, 2018). 

Ibu hamil memerlukan gizi yang cukup, karena seiring dengan perkembangan janin, energi dan nutrisi yang diperlukan ibu hamil akan semakin meningkat. Jika dilihat dari aspek gMizi, lauk pauk hewani sangat dianjurkan untuk ibu hamil. Selama kehamilan, kebutuhan protein meningkat hingga 20 g per hari untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, serta mempertahankan kesehatan ibu (Chahyanto & Wulansari, 2018). Apabila gizi tersebut tidak tercukupi akan menyebabkan masalah gizi pada ibu hamil yang dapat mengganggu kesehatan ibu dan janin. 

Menurut data Riskesdas tahun 2010, data jumlah ibu hamil Indonesia yang mengonsumsi kebutuhan energi di bawah minimal tergolong tinggi sekitar 44,2%. Kekurangan energi secara kronis menyebabkan ibu hamil tidak mempunyai cadangan zat gizi yang adekuat untuk menyediakan kebutuhan ibu dan janin karena ada perubahan hormon dan meningkatnya volume darah untuk pertumbuhan janin. Sebagai akibatnya, suplai zat gizi pada janin berkurang sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin terhambat. Oleh karena itu, bayi yang dilahirkan oleh ibu hamil mengalami kurang gizi akan memiliki berat badan rendah, bayi dapat mengalami masalah seperti bibir sumbing, stunting ataupun kelainan fisik lainnya. Selain itu, ibu hamil lebih rentan mengalami defisiensi zat besi karena kebutuhan oksigen pada ibu hamil lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritopoitin dan meningkatkan resiko anemia pada ibu hamil. Anemia selama kehamilan dapat menyebabkan berat lahir rendah, kelahiran prematur, keguguran, partus lama, atonia uteri, anemia pada bayi, serta menyebabkan perdarahan pasca melahirkan.  

Mitos yang terjadi di masyarakat tidak sepenuhnya berjalan dengan ilmu pengetahuan yang telah berkembang, bahkan masih banyak mitos tentang kehamilan yang membahayakan keselamatan ibu dan janin bahkan dapat menyebabkan kematian (Dewi, 2018). Budaya pantang pada ibu hamil sebenarnya justru merugikan kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Berbagai pantangan tersebut akhirnya menyebabkan ibu hamil kekurangan gizi dan memberikan dampak negatif pada janin. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan edukasi terkait pentingnya pemenuhan gizi pada masa kehamilan demi menjaga kesehatan ibu dan pertumbuhan serta perkembangan janin. Edukasi juga bertujuan untuk mengubah perspektif dan pemahaman masyarakat terkait mitos yang dapat membahayakan nyawa seseorang. Dengan adanya edukasi terkait mitos yang berkembang di masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menurunkan angka kematian ibu hamil dan bayi, serta mengatasi masalah gizi yang dapat berdampak pada kualitas generasi yang akan datang karena memperlambat pertumbuhan fisik dan perkembangan mental anak serta penurunan kecerdasan.

DAFTAR PUSTAKA 

Chahyanto, B. A., & Wulansari, A. (2018). ASPEK GIZI DAN MAKNA SIMBOLIS TABU MAKANAN IBU HAMIL DI INDONESIA. Jurnal Ekologi Kesehatan, 1-12. 

Huda, S. N., Sulistiyani, & Kartasurya, M. I. (2019). Perilaku Berpantang Makan pada Ibu Hamil Suku Dayak di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia Vol. 7, 1-7. 

Dewi, N. U. (2018). PREVENTING STUNTING THROUGH FOOD AND NUTRITION FAMILY. 1-17. 

Milah, A. (2018). GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ASUPAN NUTRISI DI DESA PAWINDAN KECAMATAN CIAMIS KABUPATEN CIAMIS. Jurnal Buletin Media Informasi Kesehatan Volume 14 Nomor 2, 1-16. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun