Mohon tunggu...
Lintang Prameswari
Lintang Prameswari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Airlangga

ENTJ

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pengaruh Tingginya Ekspetasi Orangtua terhadap Kesehatan Mental pada Anak

8 Mei 2023   13:40 Diperbarui: 8 Mei 2023   13:57 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap orang tua pasti mengharapkan suatu hari nanti anak mereka akan sukses dalam kehidupannya. Orang tua juga memiliki peran penting dalam mendukung keberhasilan studi anak. Tidak bisa hanya menuntut anak berprestasi, tanpa memberikan dukungan yang bisa memotivasi anak, terutama saat belajar.  Pola asuh orang tua memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pembentukan karakter anak.

Saat ini kesehatan mental atau mental health menjadi topik yang paling sering diperbincangkan, khususnya pada anak. Setiap orang tua mempunyai suatu kewajiban. Salah satunya, yaitu memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya. Tidak hanya kebutuhan materi yang wajib diberikan, tetapi kebutuhan mental anak-anak juga harus dipenuhi, seperti memberikan kasih sayang kepada anak-anak agar terbentuk karakter yang baik dan positif saat anak tumbuh.

Jika orang tua tidak memenuhi kebutuhan mental anak, maka anak akan mengalami gangguan mental. Gangguan mental merupakan hal yang paling sering terjadi pada anak-anak hingga remaja pada masa ini. Kasus tersebut terus mengalami peningkatan dan sangat mengkhawatirkan. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Salah satunya, yaitu karena terlalu banyak tekanan dari orang tua dan kurangnya dukungan, serta komunikasi antara anak dengan orang tua.

Anak bukanlah robot yang mudah dipaksa untuk melakukan sesuatu dan mengikuti semua keinginan orang tua. Seringkali orang tua berpikir bahwa semua yang diinginkan orang tua pasti akan berdampak positif bagi anaknya. Demi kebaikan anaknya terkadang orang tua memaksakan anaknya untuk melakukan sesuatu yang sesuai keinginannya tanpa tau batas kemampuan anaknya.

Persepsi anak terhadap harapan orang tua yang berlebihan dapat membuat dirinya merasa orang tua mengharuskan keinginan dan kehendaknya agar dapat menyelesaikan studinya, sehingga membuat anak menjadi tegang yang mengakibatkan hasil yang diperoleh menjadi tidak maksimal (Winkel, 1999, h.159).

Sangat wajar jika orang tua berharap kepada anaknya. Namun, jika harapan terlalu tinggi, kondisi ini dapat menyebabkan berbagai dampak negatif. Menurut Chicetti dan Toth dalam Papalia & Feldman tahun 2015, pada zaman sekarang ini banyak orang tua yang menginginkan anak mereka berhasil dan berprestasi. Hal tersebut bukanlah keinginan anaknya, melainkan untuk memenuhi kebutuhan emosi orang tua. Jika, tekanan terus diberikan terhadap anak, maka dapat mengakibatkan depresi.

Anak  dipenuhi pertentangan diri sendiri, antara keharusan memenuhi harapan orang tua dengan keterbatasan kemampuan akademisnya. Adanya harapan orang tua yang tinggi terhadap anak, yang tidak realistic akan prestasi akademik anaknya dapat mempengaruhi persepsi anak terhadap harapan orang tua yang akhirnya anak tidak dapat mencapai sasaran yang dikehendaki (Hurlock, 1993, h.221).

Tidak hanya depresi dampak lainnya, yaitu anak jadi suka membanding-bandingkan orang tuanya dengan orang tua anak-anak lain. Wajar saja anak yang mengalami tekanan dari orang tuanya suka membandingkan orang tuanya dengan orang tua temannya atau anak-anak lainnya karena anak tersebut merasa iri dan ingin merasakan kehidupan normal anak-anak yang mempunyai kebebasan dan orang tuanya juga mendukungnya.

Karena itu, orang tua harus mendorong dan mendukung anaknya untuk melakukan yang terbaik. Fokuslah pada proses bukan hasil akhir. Daripada berharap terlalu tinggi pada anak sehingga memberikan tekanan, dan anak mengalami gangguan mental. Sebaiknya orang tua memberikan kesempatan pada anak untuk memilih apa yang diinginkannya, mendukung apa pun yang dapat membuat anaknya berhasil, dan mengharapkan sesuatu yang sesuai dengan kemampuan anak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun