Mohon tunggu...
Lintang Prameswari
Lintang Prameswari Mohon Tunggu... Jurnalis - Content Writer

Bukan penulis, hanya menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tsunami, Sebuah Catatan tentang Menangisi Kebodohan

24 Desember 2018   15:28 Diperbarui: 24 Desember 2018   15:46 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: klinikdesain.com

Di akun twitter @infobmkg, pengguna aktif atau yang selama ini lebih kita kenal dengan istilah netizen, beramai-ramai memberondong akun tersebut karena telah salah mengabarkan prediksi. Sebelum tsunami terjadi, BMKG memang sempat merilis pemberitahuan via twitter bahwa yang terjadi di Anyer dan sekitarnya bukanlah tsunami, melainkan fenomena bulan purnama yang menyebabkan air laut pasang tinggi. 

Beberapa orang, bahkan portal media nasional yang sempat menyimpan tingkapan layar dari hasil release berita tersebut menggunakan bukti tersebut untuk menjawab tweet terbaru mengenai penyebab tsunami yang tidak dipicu oleh gempa dalam pinned tweet yang ditautkan oleh @infobmkg. 

Ramai-ramai menuduh bahwa informasi salah yang disampaikan tersebut menjadi penyebab utama banyaknya korban yang berjatuhan akibat peringatan yang disalahgunakan. Disinilah kemudian ungkapan "netizen maha benar" itu nyata adanya. Alih-alih mengirimkan bantuan, atau setidaknya berdoa sejenak untuk korban yang berada disana, masyarakat kita lebih menggemari perdebatan dan sibuk menyalahkan orang lain. Membuat saya praktis berasumsi bahwa literasi media masih sangat rendah di kalangan kita.

Seakan tak mau berhenti meramaikan, di bagian media sosial yang lain, Whatsapp dan Facebook misalnya, malah saling mengaitkan bencana yang terjadi dengan guncangan politik bangsa ini, berusaha keras menghubungkannya dengan ultimatum mengganti presiden di pemilihan 2019 yang akan datang. Atau, ada pula yang menyalahkan masyarakat di Pandeglang dan sekitarnya dan mengaitkannya dengan adzab dari Tuhan atas perilaku yang melenceng dari aturan agama. Lantas bolehkah saya menambahkan asumsi bahwa literasi media yang rendah tersebut mendukung masyarakat kita untuk terus saja bersikap bodoh? Teknologi dalam genggaman tangan yang dapat langsung digunakan dengan sekali klik, tidak cukup memotivasi sebagian dari kita untuk mencari, menggali, memilih dan membaca dengan teliti setiap informasi yang diterima. 

Nyatanya berkomentar, berdebat dan menghujat masih menjadi aktivitas utama yang paling digemari oleh anak-anak kampung sini. Mirisnya, ketika kinerja pemerintah menurun sedikit saja, kita jadi yang paling vokal berteriak tentang keadilan. Seakan kita ini adalah makhluk terpandai yang pernah diciptakan oleh Tuhan. Masa bodohlah, Tuhan mungkin sedang menyesali pernah menciptakan kita yang digoda setan sedikit saja, sudah lupa daratan dan merasa menang diatas awan.

Saya kira, cukup dengan bencana kita bisa menyudahi pertengkaran yang mengatasnamakan sebuah golongan. Saya kira, bencana sudah cukup menjadi pengingat bahwa kita seharusnya saling bahu-membahu memperbaiki negeri. Ternyata memang itu semua hanya berada pada batas ambang perkiraan saya saja. Sayang sekali, kali ini saya sedang kurang beruntung.

Maka dari itu, setelah lama mempersiapkan tulisan macam apa yang akan saya unggah kembali setelah sekian lama meninggalkan blog ini, saya memutuskan untuk memilih ini. Menyampaikan sebuah kesimpulan bahwa kita tengah menutup 2018 dengan angan-angan yang kembali menggantung. Meneriakkan perubahan yang tidak diiringi dengan sikap yang nyatanya masih begitu-begitu saja. Bencana alam yang selalu bergesekan dengan bencana yang mengatasnamakan kemanusiaan.

Dengan tulisan ini saya ingin sedikit berdonasi mengirimkan doa-doa yang mengalir diterbangkan angin menuju Tanjung Lesung, Anyer, Pandeglang hingga Lampung. Semoga letusan Anak Krakatau tidak menimbulkan kerusakan yang signifikan, dan semoga saudara-saudara sekalian yang berada disana, selalu dilindungi oleh Tuhan. 

Semoga kawan-kawan yang besok merayakan hari spesial masih sempat pergi ke Gereja dan berdoa. Semoga keluarga yang belum bertemu, segera dipertemukan dengan keadaan yang tak kurang suatu apapun, selamat dan kita bisa bersama-sama menyambut tahun yang baru, tahun dimana perubahaan tak hanya menjadi sekedar wacana, agar kita bisa menjadi lebih bijaksana.

Amin.

#prayforBanten

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun