Mohon tunggu...
Lintang Nathania
Lintang Nathania Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Mahasiswa S1 Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga, Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Film

Dari Layar ke Hati: Film Indonesia Inspirasi Gerakan Cinta Diri

6 Januari 2025   18:00 Diperbarui: 6 Januari 2025   18:00 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Seiring dengan perkembangan zaman, istilah citra tubuh atau body image pasti sudah tidak asing untuk didengar. Secara sederhana, body image diartikan sebagai gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana orang tersebut akan mempersepsikan dan memberikan penilaian terhadap apa yang dipikirkan dan dirasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, serta bagaimana kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya.

Pada hakikatnya, setiap individu memiliki fitur berbeda dalam masing-masing yang dipercaya membuat mereka unik dan spesial. Kendati demikian, masih banyak orang yang kesulitan untuk menerima dan merasa kurang puas terhadap citra tubuhnya sendiri. Menurut survei dari The Mental Health Foundation, dikatakan bahwa hanya 21% orang dari 4505 orang yang merasa puas dengan citra tubuh (body image) mereka, menyisakan yang lainnya merasa tidak puas, dan 34% diantaranya pernah merasa rendah diri karena citra tubuh mereka. Survei serupa yang dilakukan oleh House of Commons Women and Equalities Select Committee juga mengatakan bahwa mayoritas orang berpikiran negatif tentang body image mereka, dengan hasil 61% orang dewasa dan 66% anak-anak hingga remaja selalu berpikiran negatif pada sebagian besar waktu terhadap body imagenya sendiri.

Untuk mencegah hal tersebut dan guna meningkatkan kesadaran masyarakat, dalam beberapa tahun terakhir terdapat banyak rilisan karya sastra Indonesia yang mengangkat isu body image, dengan harapan masyarakat bisa lebih peduli dengan isu ini lewat rilisan media kreatif. Salah satu karya sastra yang digunakan berupa film.

Selain memiliki fungsi sebagai hiburan umum, film juga berfungsi sebagai sumber informasi tentang masalah sosial yang dihadapi masyarakat. Ketika kita menikmati adegan film tersebut, kita secara tidak langsung menghayatinya dan menghubungkannya dengan dunia nyata. Karena ini memungkinkan masyarakat umum untuk memahami dan memahami tujuan film itu dibuat. Salah satu film Indonesia yang langsung terpikirkan dengan fokus pembahasan utama mengenai citra tubuh ialah film produksi Starvision Plus yang berjudul Imperfect.

Film "Imperfect" yang dirilis pada tahun 2019 ini disutradarai oleh Ernest Prakasa dan diadaptasi dari novel berjudul sama karya Meira Anastasia. Film ini menceritakan kisah Rara, seorang wanita minder yang terlahir dengan tubuh gemuk dan berkulit sawo matang. Rara merupakan anak kedua dari pasangan Debby, seorang mantan peragawati, dan Pak Dadang. Lulu, adik Rara, memiliki paras cantik dan tubuh langsing seperti ibunya. Hal ini membuat Rara sering dibanding-bandingkan dengan Lulu, dan membuatnya merasa tidak percaya diri.

Rara bekerja sebagai manajer riset di sebuah perusahaan kosmetik. Suatu hari, Rara mendapat kesempatan untuk naik jabatan. Namun, bosnya, Kelvin, mengharuskan Rara untuk mengubah penampilannya jika ia ingin mengemban tanggung jawab baru ini. Singkat cerita, Rara pun mulai melakukan diet dan olahraga untuk menurunkan berat badan. Ia juga mulai mengikuti saran Kelvin untuk mengubah penampilannya, seperti memakai makeup dan pakaian yang lebih modis. Namun, Rara merasa tidak nyaman dengan perubahan yang ia lakukan. Ia merasa bahwa dirinya tidak lagi menjadi dirinya sendiri. Rara membutuhkan waktu untuk kemudian menyadari bahwa kecantikan tidak hanya dilihat dari fisik saja, tetapi juga dari kepribadian dan inner beauty.

Film Imperfect dapat mewakili gambaran nyata dengan baik tentang bagaimana persepsi setiap individu tentang body image (citra tubuh) nya sendiri adalah salah satu permasalahan yang kerap kali ada dan disorot dalam masyarakat sangat membutuhkan peningkatan kesadaran. Lewat film Imperfect, kita juga mendapatkan suatu kesimpulan berharga mengenai persepsi body image. Dengan memiliki persepsi positif mengenai body image, akan terciptanya rasa penerimaan diri kita secara apa adanya dengan segala ketidaksempurnaan yang ada, seperti amanat dalam film ini bahwa kita harus mencintai ketidaksempurnaan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun