“Mungkin ini hanya tulisan curhat. Jangan diambil hati. Aku tahu, disana kamu sedang membaca tulisanku ini.”
Sudah banyak kutemui Fatinistic yang alay. Di darat, di laut, dan di udara... (aku jadi ikutan alay!) Dan yang paling banyak kutemui tentu saja di internet. Nggak percaya? Di Youtube, Twitter, dan di Kompasiana? Banyak sekali! Dan di game on line? Lihat gambar yang kukepcer dari permainan catur online. Ada FatinSL…...kwkwkwk nggak percayalah bahwa itu Fatin. Itu pastinya si Fatinistic alay…aaaalaaaayyyyyyy….
Ada lagi yang alay. Yaitu kamu. Kamu bilang nggak suka Fatin. Kamu bilang bukan Fatinistic. Dan kamu bilang Fatin hanya bagus kalau nyanyiin lagu-lagu barat. Kamu aneh…! Yaiyalah aneh! Karena ternyata kamu nyimak juga lagunya Fatin. Buktinya…komentar kamu begitu.
Ada lagi ke-alayan-mu. Setiap aku ngomongin musik, kamu selalu bilang: “ujung-ujungnya pasti Fatin nich!”
Duhhhh…ada apa sih dengan kamu ini? – Jangan-jangan kamu sebenarnya Fatinistic dalam kategori super alay? Atau hiper-alay?
Tapi ada lagi yang membuatku yakin bahwa kamu Fatinistic. Pertama, dulu waktu kita di bus dan aku sedang dengerin AMS-Fatin (yang baru release) melalui headset hapeku, kamu berkeras minta dengerin juga. Kedua, ketika aku bilang mau nonton Gala Final XFI, kamu ngotot mau ikut. Ketiga, ketika kubilang tulisanku di Kompasiana sudah dibukukan, kamu orang pertama yang ngambil buku itu. Dan mungkin orang pertama yang membacanya? Dan yang terakhir… kulihat di mobilmu kemarin, ada CD album Fatin For You…(pupupupu…ketahuan kan??????).
Dan sekarang…maksudku hingga sekarang, ada yang nggak kumengerti dari kamu: Mengapa sih kamu cemberut bila aku memuji-muji Fatin? Mengapa sih kamu sok cuek kalau kubilang aku Fatinistic. Aku masih ingat ketawa renyahmu yang agak asem ketika kubilang juga aku adalah Fatinistic Kecebong. Dan setiap kubilang aku mau menulis lagi di Kompasiana sebagai bagian dari Fatinistic … kamu mencoba menghalangiku. Kamu bilang agar aku menulis hal-hal lain…meluaskan wawasan… Bahasamu kutangkap itu sebagai ketidaksetujuanmu. Kamu resist!
Parahnya lagi, ketika kemarin dulu kubilang aku mau ke rumah Pak Lubis. Kulihat kamu menjadi “diam sejuta bahasa”. Kulihat wajahmu muram-meradang. Sedikit kaget aku, ketika kamu ketus bilang, “Mau ketemu Fatin ya?”
Duilah…kamu? Ada apa sih dengan kamu? Pak Lubis kan my Master! Dan…hmmmm…Memangnya aku nggak boleh ketemu Fatin? Kamu bener-bener alayyyy….
So…jangan suka ngambekan.
Salam simfatin ya…dari aku buat kamu dan keluargamu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H