Mohon tunggu...
Stephanie Lintang Lumaris
Stephanie Lintang Lumaris Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Rekayasa Media: Kenyataan yang Tidak Dinyatakan

30 September 2020   15:44 Diperbarui: 30 September 2020   16:51 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi diambil dari https://www.mogimogy.com/2016/04/gambar-ini-memiliki-makna-yang-dalam.html

Pernahkah terbesit dalam pikiran Anda mengenai seberapa besar pengaruh media massa di masa sekarang? Jika ya, maka kita akan membahasnya lebih lanjut dalam tulisan ini.

Media merupakan suatu alat sebagai perantara yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi supaya tersampaikan dengan baik ke tujuan. Dari sini terlihat jelas tujuan media adalah untuk mengantarkan suatu informasi, dimana informasi ini semestinya memiliki tingkat  keakuratan yang tinggi. Namun apa yang terjadi apabila informasi yang disebarkan media tidak sepenuhnya berisikan fakta? Maka kemungkinan besar yang terjadi adalah kita tetap mempercayai isi media tersebut, yang artinya kita mempercayai suatu ketidakbenaran yang disebarkan oleh media.

Dari sinilah persepsi kita akan muncul satu persatu hanya dalam waktu singkat setelah kita menerima suatu informasi atau pesan yang disampaikan media. Bagaimana jika media menampilkan informasi yang buruk terhadap suatu hal? Tentu sebagian besar persepsi yang muncul dari khalayak juga sesuai dengan apa yang disampaikan media. Kita mulai berpersepsi bahwa segala yang disampaikan media tentu nyata adanya. Tetapi kenyataannya bagaimana? Belum tentu.

Sama seperti ilustrasi di atas yang jika diperjelas lagi kita dapat melihat bahwa apa yang diberikan media, apa yang ditampilkan media, apa yang dikatakan media tidak semua berisikan fakta. Maksudnya bagaimana? Maksudnya adalah media dapat mempengaruhi khalayak umum dengan rekayasanya. Mengerikan memang, namun seperti itu adanya.

Seperti isi teori peluru atau bullet theory yang menitikberatkan mengenai pengaruh media yang begitu kuat terhadap khalayak, peluru ini berisikan dengan informasi tersirat yang masuk ke pikiran khalayak, serta peluru tersebut dapat mengontrol kita dengan isi-isinya melalui apa yang kita lihat dan dengar dari media. Kita seolah-olah diajak untuk ikut mempercayai segala sesuatu yang disampaikan media. Media dengan mudahnya mengontrol pikiran kita sesuai dengan yang mereka inginkan dengan menampilkan berita-berita atau informasi yang direkayasa.

Maka kita sebagai khalayak sudah sepantasnya untuk memilah kembali informasi-informasi yang beredar dan tidak langsung mempercayai apa yang disampaikan media. Hindarilah judul berita yang mengarah ke provokasi, ketahuilah kebenarannya terlebih dahulu sebelum mempercayai suatu hal supaya dapat memperkecil kemungkinan kita untuk menelan mentah-mentah berita palsu. Selain itu Anda juga dapat mencari informasi sebanyak-banyaknya dari sumber yang netral dan dapat dipercaya, lalu bandingkan berbagai informasi yang Anda temukan untuk lebih meyakinkan keaslian suatu informasi yang Anda dapatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun