Representasi perempuan dalam karya sastra modern secara umum dianggap lebih adil dibandingkan karya sastra klasik, dan ini juga tergantung dalam konteks budaya, waktu, dan perspektif penulisnya. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh pergerakan sosial, terutama dalam feminisme, yang mendorong narasi yang lebih kompleks dan setara bagi perempuan dalam sastra. Feminisme merupakan suatu upaya dalam menuntut persamaan gender dalam masyarakat. Saat ini banyak penulis di Indonesia yang mengangkat tema tentang perempuan dan feminisme dalam setiap karya-karya mereka. Karya sastra modern lebih adil dibandingkan karya klasik dalam merepresentasikan perempuan, memberikan ruang yang lebih luas bagi mereka untuk tampil sebagai individu yang mandiri, kompleks, dan beragam. Namun, bias dan tantangan budaya masih menjadi pekerjaan rumah yang harus terus diatasi.
  Nilai feminisme yang diterapkan dalam kritik karya sastra dalam menciptakan pemahaman yang inklusif terhadap suatu gender itu mempengaruhi beberapa fokus hal penting :
- Menganalisis Relasi Gender : Pada kritik karya sastra dalam konteks feminisme sering kali memeriksa bagaimana caranya Perempuan digambarkan pada karya sastra, Perempuan hanya dapat digambarkan dalam peran tradisional atau stereotipikal, contohnya seperti IRT (Ibu Rumah Tangga) atau yang digambarkan sebagai salah satu individu yang kompleks dengan adanya kekuatan dan juga keinginan dari diri sendiri, kritik feminism membantu menggali dinamika yang ada pada gender dalam teks, yang juga menunjukkan ketidakseimbangan dalam representasi Perempuan.
- Menghadirkan Perspektif Interseksional : Dapat mengintegrasikan elemen interseksionalitas contohnya sepertinya, ras, kelas agama, dan oritasi seksual, untuk bisa memahami pada pengalaman kompleks perempuan, menganalisis faktor-faktor yang dapat memperkuat ketidakadilan gender pada suatu cerita.
- Promosi Keseimbangan Gender dalam Produksi Sastra : Bisa mendorong pengakuan pada suatu karya -- karya sastra yang ditulis oleh para kaum perempuan, pada khususnya yang memberikan perspektif alternative terhadap isu gender dan juga menekankan representasi perempuan untuk dapat subjek kreatif.
Salah satu karya sastra yang ada di Indonesia yang dapat dianalisis pada teori feminisme adalah novel "Secuil Hati Wanita Diteluk Eden" karya dari Vanny Chrisma W. pada novel ini menggambarkan adanya ketidakadilan gender yang menimpa perempuan, menggambarkan perempuan yang sabar , tegar , dan berani beradu argumentasi untuk melawan terhadap penindasan , bentuk -- bentuk ketidakadilan gender pada novel ini contohnya seperti, stereotip atau pelabelan negative yang dapat menganggap perempuan sebagai sumber dari kesalahan yang ada, kekerasan terhadap yang terjadi dari berbagai sumber, perjuangan cara untuk melawan penindasan yang ada, bentuk -- bentuk perjuangan cara untuk melawan penindasan pada novel ini seperti, memberikan pemahaman bentuk dari perjuangan yang berupa pemberian pemahaman yang dilakukan tokoh utama kepada pasangannya, mengutarakan pendapat bentuk dari perjuangan dengan cara mengutarakan pendapat pada tokoh utama saat dituduh selingkuh oleh pasangannya mengutarakan pendapat terhadap perubahan sikap pasangannya.
KESIMPULAN
Representasi perempuan dalam karya sastra modern yang dianggap lebih adil dibandingkan dari karya klasik karena dapat dipengaruhi oleh pergerakan sosial, seperti feminisme, yang bisa mendorong penggambaran perempuan sebagai individu mandiri, kompleks, dan beragam. Feminisme dalam kritik sastra berfokus pada tiga aspek penting:
- Analisis Relasi Gender, yang mengungkap ketidakseimbangan dalam representasi perempuan.
- Perspektif Interseksional, yang mempertimbangkan berbagai faktor seperti ras, kelas, dan orientasi seksual untuk memahami pengalaman perempuan secara menyeluruh.
- Promosi Keseimbangan Gender, dengan mendukung karya perempuan yang memberikan perspektif alternatif terhadap isu gender.
Novel "Secuil Hati Wanita di Teluk Eden" karya Vanny Chrisma W. menjadi contoh yang menggambarkan ketidakadilan gender melalui pelabelan negatif, kekerasan, dan perjuangan tokoh perempuan melawan penindasan. Tokoh utama menunjukkan keberanian dan ketegaran dengan berani menyuarakan pendapat dan menghadapi tantangan. Meskipun demikian, bias budaya dan tantangan gender masih menjadi masalah yang perlu terus diperjuangkan untuk mencapai kesetaraan.
DAFTAR PUSTAKA
- Sulityaningsih,p. (2018) " Kritik Sastra Feminisme dan Representasi Gender dalam Sastra Indonesia" , Jurnal Ilmu Sastra, 13 (2), 105-119
- Charisma.V. (2014), Secuil Hati Wanita Ditekuk Eden, Yogyakarta: penerbit andi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H