Mohon tunggu...
Lino Neparasi
Lino Neparasi Mohon Tunggu... wiraswasta -

Kemauan yang keras untuk merubah nasib diimbangi dengan kerja keras dan doa maka semuanya akan berhasil

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Masa Lalu

12 Februari 2015   05:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:22 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Masa Lalu
By Lino Putra Neparasi
Kupandang hamparan sawah
semilir angin memalingkan nostalgia
gerimis menambah kenangan
padi - padi menguning melukis angan yang terombang ambing
gelap pekat menyelimuti ketika senja membayang
pelukku hangatkan suasana
seuntai kata borbardirkan rasa
tengelam ku didalam lautan batas kasih

aku belum mengerti mengapa hujan tak mau reda
akar akar padi mulai membusuk
serpihan - serpihan gelisah mulai tampak
lidah bersungut sungut menapaki nasib
gelombang pasang bergema memangil kehampaan
goresan goresan ilalang menoreh luka
ah parsetan dengan waktu
angin hantamkan debu
tutupi luka yang menganga

keegoisan bermula dari harga diri
taburan benih benih luka kian menjadi
kepedihan rasa tak berakhir
dendam kusumat mulai terdengar
tertutup pintu kasih
meskipun dentingan sang waktu terus berjalan
namun terkadang sebaris doa terucap
ketika kesakitan menemaniku
namamu ku sebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun