Setiap orang tua memiliki cara atau pola asuh pada anaknya yang berbeda dengan orang tua lainnya. Ketika seorang sepasang suami istri telah memilih pola asuh yang akan mereka terapkan dalam pengasuhan anaknya, mereka harus memahami dan sangat mengerti apa dan bagaiman pola asuh yang akan mereka terapkan.
Dalam menerapkan pola asuh pada anak, kita harus melihat karakteristik anak kita terlebih dahulu. Ketika seorang anak memiliki sifat kasar, egois, pemberontak dan pemarah, lalu kita terapkan pola asuh otoriter.
Kita balas sifat anak itu dengan pola asuh otoriter dimana pola asuh itu juga secara tidak langsung memaksa kehendak si orang tua, anak itu akan menjadi tambah pemberontak, karena dia merasa dikekang. Lalu pola asuh yang bagaiman yang cocok? Pola asuh demokratis, dimana anak itu kita berikan kebebasan untuk memilih, namun tetap dengan pengarahan dan pengawasan kita.
Akhir-akhir terdapat pola asuh netral gender yang sedang tren dan sedang banyak diperbincangkan oleh masyarakat. Lalu apa pola asuh netral gender tersebut? Pola asuh ini tidak memperkenalkan konsep gender kepada anak-anaknya, karena bagi mereka dengan adanya konsep gender ini hanya membuat deskriminasi antara laki-laki dan perempuan.
Pada pola asuh ini, mereka tidak membedakan permainan antara laki-laki dan perempuan. Orang tua dengan pola asuh netral gender memperbolehkan anaknya memainkan permainan untuk laki-laki dan perempuan atau bebas. Sehingga anak tidak merasa adanya deskriminasi.
Dalam pola asuh ini, orang tua membiarkan anaknya memilih baju, memilih warna yang mereka sukai. Misal, warna pink mayoritas identik dengan perempuan, namun ketika anak mereka seorang laki-laki dan anak tersebut menyukai warna pink, maka orang tua dengan pola asuh netral gender membiarkan anaknya menyukai warna pink yang identik dengan warna perempuan.
Dalam tirto.id disebutkan jika pola asuh netral gender juga menolak stereopite yang dibawa oleh gender. Tugas rumah tangga seperti mencuci, mengepel, membereskan rumah itu bukan tugas atau pekerjaan ibu. Memperbaiki peralatan rumah yang rusak.
Mengganti lampu dan memotong bunga, itu juga bukan tugas ayah. Namun semua tugas itu bisa dikerjakan keduanya. Artinya mereka tidak membedakan gender dalam pekerjaan.
Berbeda dengan pola asuh netral gender, setiap anak sudah disipkan sejak kecil untuk memiliki peranan dan pribadi yang sesuai dengan gender mereka. Ketika seorang anak perempuan diharuskan memiliki pribadi yang lembut dan ketika seorang anak laki-laki memiliki pribadi yeng lebih keras daripada perempuan.
Namun pada kenyataannya, terdapat banyak perempuan yang juga memiliki pribadi lebih kasar daripada laki-laki, dan ada juga laki-laki yang memiliki pribadi lebih lembut dan lebih feminim dari seorang perempuan. Inilah yang membuat pola asuh netral gender menjadi trend. Karena bagi mereka setiap anak berhak untuk memilih apa yang mereka inginkan tanpa adanya batasan gender mereka.
Pola asuh netral gender ini bertujuan untuk menampilkan sisi feminim dan maskulin pada setiap individu secara seimbang.