Istilah onomatope menjadi asing di telinga padahal istilah tersebut dengan mudah ditemui dalam kegiatan sehari-hari. Uniknya setiap daerah mempunyai onomatope yang berbeda bergantung bagaimana kelompok masyarakat mengasumsikannya. Menurut Yusri dan Mantasiah (2020) onomatope merupakan pemberian nama pada suatu kata yang didasarkan pada bunyinya. Onomatope juga disebut sebagai tiruan bunyi. Pendapat yang sepadan disampaikan oleh Kridaklaksana (2008: 167) onomatope merupakan tiruan bunyi yang diasosiasikan dengan benda atau perbuatan itu.
Dalam Bahasa Indonesia, contoh onomatope adalah hahaha sebagai tiruan tertawa, duaarr sebagai tiruan ledakan, dag dig dug sebagai tiruan suara jantung saat gugup, telolet sebagai tiruan klakson bus, plung sebagai tiruan bunyi jatuh ke air, pyar sebagai tiruan bunyi piring pecah, dll.
Berdasarkan pengertian dan contoh di atas, bagaimana cara penulisan onomatope? onomatope sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Karena onomatope bukan merupakan kata baku maka dapat dianggap sebagai ragam percapakan (kata non-formal) jadi ditulis cetak miring, seperti: wkwk, hahaha, duaarr, dag dig dug, telolet, plung, pyar.
Rujukan:Â
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yusri & Mantasiah, R. 2020. Linguistik Mikro. Yogyakarta: CV. Budi Utama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI