Mohon tunggu...
Ling Majaya
Ling Majaya Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya seorang pencinta dunia pendidikan dan perkembangan anak dan remaja di Indonesia, berharap pikiran, ide dan kepedulian saya bisa merupakan sumbangsih bagi perkembangan bagi dunia pendidikan. Motto: Your character is defined by what you do or what you don't do, not by what you say or believe.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sydney Naik Roller Coaster

18 Oktober 2012   13:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:42 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1350565818419354069

Keponakan saya, Sydney, baru saja berulang tahun yang ketiga. Sydney adalah anak adik bungsu saya. Ia dilahirkan dan tinggal di Amerika, namun ia sekarang sudah berbicara dalam 3 bahasa. Sebagai hadiah ulang tahun Oomnya (adik saya yang kedua) membawanya naik Roller Coaster sebagai pengalaman pertamanya. Kami sudah merencanakan akan sedini mungkin mengajarkan Six Thinking Hats® kepada Sydney, dan pengalaman tersebut kami olah menjadi bahan pelajaran untuknya. Kami membentuknya menjadi percakapan biasa dan berupa tanya jawab. Tentu saja kami sudah merencanakan jenis pertanyaan yang akan kami tanyakan kepadanya. Semua pertanyaan mengarah kepada penggunaan masing-masing topi berwarna. (Catatan: Bahasa yang kami gunakan adalah bahasa Inggris, namun tulisan untuk pertanyaan dan jawaban di bawah sudah saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia).

Demikian kami mengajaknya berdiskusi dan semoga bisa menjawab beberapa pertanyaan yang di-email-kan kepada saya dari beberapa orang tua yang menanyakan cara mengajarkan Six Thinking Hats® kepada anak-anak mereka.

Percakapan dengan Sydney

Penggunaan Topi Merah

Mama: “Bagaimana perasaan Sydney saat diajak naik Roller Coaster oleh Oom?”

Sydney: “Sydney senang sekali. Sydney sudah melihat roller coaster di TV, tapi Sydney ingin mencoba sendiri. Tapi Sydney juga takut karena roller coaster cepat sekali.”

Penggunaan Topi Putih

Papa: “Apa yang kamu lihat saat antri naik roller coaster tadi?

Sydney: “Saat antri Sydney melihat banyak anak kecil seperti Sydney yang juga diantar papa mamanya. Mereka duduk dengan papa atau mamanya. Tapi Sydney duduk dengan Pek-Pek (Panggilan dia untuk Oomnya dan asal tahu aja, Pek-Pek adalah orang yang paling dipercaya dan disayang Sydney). Mama duduk di depan.”

Papa: “Apalagi yang Sydney lihat?”

Sydney: “Sydney lihat semua harus menunjukkan kertas kecil kepada Bapak berkumis di dekat pintu masuk. Pintu masuknya bisa berputar-putar.”

Papa: “Kertas kecil itu namanya karcis masuk. Bapak berkumis itu adalah penjaga pintu masuk.”

Mama: “Apa yang Sydney dengar?”

Sydney: “Sydney dengar ada anak yang menangis ketakutan, dia bilang dia tidak suka roller coaster dan ingin segera turun. Ada juga yang berteriak seperti Sydney.”

Oom: “Masih lihat apalagi?”

Sydney: “Waktu di atas Sydney lihat papa, bentuknya kecil sekali. Papa melambai-lambai dan foto-foto kita semua.”

Penggunaan Topi Kuning

Papa: “Mengapa kamu tidak mau duduk dengan Mama waktu naik roller coaster? Kok malah kamu pilih duduk dengan Pek-Pek?”

Sydney: “Sydney lebih ingin duduk dengan Pek-Pek, karena Pek-Pek bilang akan bersama Sydney terus menerus, jadi Sydney tidak perlu takut lagi.”

Om: “Sekarang Sydney sudah pernah naik roller coaster. Apa gunanya naik roller coaster buat Sydney?”

Sydney: “Sdyney akan cerita dengan Andy dan Melissa waktu masuk sekolah nanti. Mereka pasti akan kagum dengan Sydney. Sydney akan kasih tahu roller coaster itu fun dan tidak menakutkan.”

Penggunaan Topi Hitam

Papa: “Apakah Sydney mau naik roller coaster sendiri?”

Sydney: “Tidak mau, Papa”

Papa: “Mengapa?”

Sdyney: “Sydney bisa saja ketakutan di atas kalau tidak ada Pek-Pek atau Mama bersama Sydney.”

Mama: “Kalo Sydney naik roller coaster sendiri tanpa Papa atau Mama atau Pek-Pek, bila roller coaster rusak dan Sydney masih di atas, siapa yang akan menolong menurunkan Sydney? Makanya anak-anak harus selalu ditemani orang tua mereka kalau ingin naik roller coaster.”

Papa: “Kita juga tidak boleh tiap minggu main roller coaster, karena biayanya mahal dan nanti Sydney juga akan cepat bosan.”

Oom: “Masih ingat Pek-Pek suruh jangan makan banyak-banyak sebelum naik roller coaster? Itu untuk mencegah Sydney muntah di atas, karena pergerakannya sangat cepat dan naik-turun, orang gampang muntah bila perut terlalu kenyang.”

Penggunaan Topi Biru

Papa: “Apakah Sydney masih ingin naik roller coaster?”

Sydney: “Mau dong, Papa.”

Oom: “Kamu mau duduk dengan siapa?”

Syney: “Masih dengan Pek-Pek.”

Penjelasan

Demikianlah sepenggal pembicaraan Sydney dengan orang tua dan oomnya yang memang sudah saya susunkan untuk memperkenalkan konsep Six Thinking Hats kepada keponakan saya sedari usia dini. Tidak sekalipun kami menggunakan kata Topi Merah, Topi Putih atau kata topi berwarna lainnya. Karena hanya membuat anak seusia itu bingung. Namun kami telah mengajarkan kepada Sydney konsep:

  • Perasaan yang dirasakannya
  • Informasi yang dilihat dan didengar
  • Manfaat ia melakukan suatu hal
  • Hal-hal yang harus diwaspadai (konsep bahaya)
  • Pemilihan dan pengambilan keputusan

Sebagai catatan tambahan: kita juga tidak perlu menggunakan keseluruhan enam warna topi untuk suatu topik. Lihatlah di atas saya tidak menggunakan Topi Hijau, karena Sydney baru berusia 3 tahun, kemampuan dia untuk mencari ide baru untuk topik naik roller coaster ini masih terbatas. Saya tidak ingin membebani dia dengan beban yang melebihi kemampuan berpikir dia di usia sedini itu.

Buanglah jauh-jauh pikiran untuk memacu potensi anak dengan memberi mereka soal yang sulit-sulit, dengan anggapan bila mereka bisa mengerjakan yang sulit, maka soal yang gampang otomatis akan terselesaikan dengan sendirinya. Anak hanya akan menikmati pelajaran berpikir dalam suasana yang menyenangkan dan dalam porsi yang bisa dipahami mereka. BERPIKIR ITU MENYENANGKAN!

Penulis: Ling Majaya

Email: Majaya@JadiKreatif.com

“Thinking is my lifestyle.”

PS: Penulis dengan senang hati menerima tanggapan, kritik, sanggahan dan masukan dari para pembaca karena dengan demikian terjadi proses belajar tiada henti dalam dunia pendidikan. Tugas mendidik merupakan tugas orang tua, guru, edukator dan masyarakat. Mari bangun Indonesia yang lebih baik melalui peningkatan potensi dan karakter putera-puteri kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun