Muhammad Amin Sunarhadi
Ilmu Lingkungan  - Universitas Sebelas Maret
-----------------------------------------
Pendekatan one health sangat penting untuk mempelajari resistensi antimikroba (AMR) dalam hal ini dikenal resistensi terhadap (obat) antibiotik. Penyebaran bakteri yang resistan terhadap banyak obat / multidrug resistant (MDR) sangat mengkhawatirkan. Pendekatan one health mempromosikan kolaborasi lintas sektor manusia, hewan, dan lingkungan untuk meningkatkan layanan kesehatan dan kualitas hidup. Kondisi sanitasi yang buruk di beberapa daerah dapat memfasilitasi penularan infeksi bakteri antara manusia dan hewan, termasuk strain yang resistan terhadap hampir semua antibiotik.
Penggunaan antimikroba yang bertanggung jawab dan strategi pencegahan untuk melindungi kesehatan masyarakat perlu disebarluaskan.
Pendekatan one health  yang menangani kesehatan lingkungan, hewan, dan manusia memerlukan kapasitas pengawasan program AMR dan kesehatan nasional yang diterapkan. Banyak program internasional dan kooperatif yang tidak dilaksanakan, diselesaikan, atau dilaporkan dengan baik. Rencana kesehatan nasional yang tidak memiliki kendali atas AMR dan data untuk pengawasan menangani AMR memerlukan pemanfaatan kekuatan One Health setiap negara melalui pendekatan multisektoral dan komitmen pemerintah yang kuat
Resistensi antimikroba (AMR), khususnya resistensi bakteri, merupakan ancaman global utama yang dihadapi manusia saat ini. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa resistensi antimikroba (AMR) menyebabkan peningkatan mortalitas dan morbiditas di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah karena beban infeksi bakteri yang lebih tinggi, sumber daya diagnostik yang terbatas, dan akses yang buruk terhadap antibiotik berkualitas. Faktor sosial dan ekonomi berkontribusi terhadap tingginya tingkat resistensi antibiotik di wilayah-wilayah ini, termasuk berbagai negara Afrika.
Faktor sosial yang berkontribusi terhadap peningkatan AMR meliputi pengetahuan masyarakat yang terbatas tentang antibiotik dan penularan resistensi, penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan pada ternak dan akuakultur, praktik kebersihan yang buruk, habitat bersama antara manusia dan hewan, dan kepadatan penduduk di daerah perkotaan.
Antibiotik palsu dan penjualannya yang dijual bebas menimbulkan masalah bagi masyarakat, lembaga kesehatan, dan pemerintah. Konsumen membeli dan menjual obat-obatan ini, tenaga kesehatan gagal memperingatkan tentang bahayanya, dan pemerintah tidak memiliki peraturan untuk mengatasi masalah tersebut. Pemerintah harus memastikan tenaga kesehatan menerima pelatihan tentang topik ini untuk memberi informasi yang efektif kepada masyarakat.
Beberapa faktor mendorong peran pemerintah dalam mengatasi peningkatan AMR. Masalah resistensi antimikroba (AMR) diperburuk oleh kurangnya regulasi tentang perdagangan antibiotik, langkah-langkah keamanan pangan yang tidak memadai, rantai pasokan pangan yang tidak terpantau, kemiskinan, sanitasi yang buruk, dan kurangnya kesadaran pemerintah tentang tantangan AMR. Selain itu, kemampuan diagnostik yang terbatas dan data real-time serta pengawasan yang buruk menghambat pengakuan adanya masalah.
Sangat penting untuk melakukan lebih banyak penelitian tentang prevalensi, kemunculan, dan penyebaran bakteri. Hal ini sejalan dengan inisiatif One Health, yang mempromosikan kolaborasi lintas sektor manusia, hewan, dan lingkungan untuk meningkatkan layanan kesehatan dan kualitas hidup. Kemunculan dan penyebaran strain yang resistan di lingkungan klinis dan lingkungan telah terdokumentasi dengan baik, dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kualitas air dan udara, urbanisasi, dan praktik sanitasi.