Beberapa waktu lalu, tepatnya pada Saptu 12 Oktober 2024 lalu. Seluruh masyarkat tebo merayakan sebuah Moment berharga di mana saatnya mengenang 25 tahun perjalanan Kabupaten Tebo, Â Kita dihadapkan pada tantangan yang lebih besar dari sekadar perayaan. Momen ini seharusnya menjadi ajang refleksi dan restorasi, Serta evalusi bagi Seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Terutama dalam hal mindset berbirokrasi yang selama ini menjadi tulang punggung pemerintahan daerah. Namun, keprihatinan mendalam menghinggapi kita saat menyaksikan kegiatan menghamburkan uang yang entah berpa nilainya terhadap kegitan Konser salah satu Band Ibu kota yang hanya tampil tidak lengkap satu malam Dengan persiapan jumlah hari yang begitu banyak. Beda hal dengan kegiatan pameran pembangunan yang menjadi sebuah pelengkap dari acara HUT Kabupaten yang ke 25 tersebut. Yang mana bertahan selama enam hari hingga penutupan di lakukan, Meski kegiatan pameran pembangunan sebuah pelengkap. Namun di situlah lapisan masyarakat kecil dalam hal ini pedagang kejutan,harian dan minnguan dapat menikmati dari artinya sebuah peran dari Birokrasi Pemerintah Daerah (PEMDA).
Meski birokrasi sering kali terjebak dalam rutinitas yang monoton, jauh dari harapan masyarakat yang mendambakan pelayanan publik yang lebih baik, Serta pemulihan ekonomi kreatif yang relepan dengan jargon "Ekonomi kerakyatan" Jauh dari harapan. Begitupala dalam hal Mengeksplorasi potensi-potensi budaya serta kearifan lokal yang seharusnya menjadi jati diri Tebo di pajang dan di pertontonkan dalam Moment tersebut.Sebagai sarana edukasi bagi generasi muda sehingga memiliki kepedulian terhadap budaya dan kearifan lokal Tebo itu sediri. Dan mejadi prestasi bagi Birokrasi yang selayaknya membidangi dan menata itu semua.
Mencari Makna dari Restorasi
Restorasi mindset birokrasi bukan hanya sekadar jargon yang harus diucapkan. Ini adalah panggilan untuk membenahi cara berpikir dan bertindak para pegawai negeri sipil dalam menjalankan tugasnya. Dalam konteks HUT Tebo, kita harus bertanya: sudahkah kita memenuhi harapan masyarakat? Apakah kita masih terjebak dalam sistem yang kaku dan tidak responsif terhadap kebutuhan masyarakat?
Birokrasi yang efektif adalah birokrasi yang mampu beradaptasi dan berinovasi. Namun, banyak di antara kita yang masih terjebak dalam paradigma lama, di mana proses administratif lebih diutamakan daripada hasil yang nyata. Seharusnya, kita mengubah cara pandang ini untuk berorientasi pada pelayanan yang lebih baik, lebih cepat, dan lebih manusiawi seperti yang di impikan masyarakat Tebo kedepannya.
Perspektif Masyarakat
Dari sisi masyarakat, harapan terhadap birokrasi sangat tinggi. Mereka menginginkan pelayanan yang transparan dan akuntabel. Namun, sering kali, mereka dihadapkan pada praktik-praktik yang tidak transparan dan birokrasi yang lamban. Ketidakpuasan ini berujung pada ketidak percayaan, dan pada akhirnya, mengikis legitimasi pemerintah di mata rakyat dan pihak swasta lainnya.
Contoh nyata dapat dilihat pada pengurusan izin dan layanan publik lainnya. Proses yang panjang dan berbelit-belit menjadi momok bagi masyarakat. Ketika birokrasi mengabaikan kebutuhan ini, maka kita harus siap menghadapi konsekuensi buruknya: protes, ketidakpuasan, dan bahkan, yang lebih tragis, pengunduran diri dari partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Argumen dan Kontra
Tentunya, ada argumen dari sebagian kalangan yang menyatakan bahwa birokrasi yang ketat diperlukan untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan wewenang. Namun, kita harus ingat bahwa ketat dan kakunya birokrasi tidak seharusnya menghalangi akses masyarakat terhadap layanan yang mereka butuhkan. Oleh karena itu, penting untuk menemukan inovatif-inovatif yang membangun. Untuk keberlanjutan Tebo kedepannya.