Mohon tunggu...
lingkan bimoro
lingkan bimoro Mohon Tunggu... KOAS -

Hanya dek koas yang berusaha memenuhi harapan orang tua. Suka teater, membaca, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sumber Masalah Itu Otak

5 Desember 2015   20:26 Diperbarui: 5 Desember 2015   21:04 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Untuk pertama kalinya, saya ingin terbebas dari masalah. Masalah ada, karena kita menganggapnya masalah itu ada. Dunia perkoasan mengajari saya banyak hal, dan inilah salah satu apa yang saya dapat.

Alasan mengapa universitas tercinta saya mengutus saya ke rumah sakit umum daerah di Slawi, Jawa Tengah, adalah karena belum memiliki rumah sakit pendidikan sendiri. Ada plus minusnya berkaitan dengan itu. Plusnya, kami harus berpindah-pindah ke rumah sakit mana saja, yang artinya pengalaman koas menjadi berwarna. Beragam pasien kami temui, beragam bahasa dan adat istiada kami lakoni. Dan itu memperkaya kami. Minusnya, kami tidak tahu stase apa dan di mana akan kami dapat setelah ini, karena universitas kami tidak menentukan jadwal seluruh stase koas dari awal. Kami dibayang-bayangi ketidakpastian dan ketakutan mendapat stase yang tidak enak.

Setiap akhir periode satu stase adalah minggu yang menegangkan bagi kami karena satu,:kami harus ujian, dan dua: kami mendapat pengumuman stase berikutnya. Kalau dapat stase yang hell (sebutan untuk stase yang tidak enak seperti neraka) yaa walahualam, harus diterima apa adanya. Namun kalau dapat stase yang heaven (stase yang,, yaa lumayan lah dibandingkan neraka walau tidak seenak surga) kami akan menikmatinya senikmat mungkin.

Saya pernah tentunya dapat stase yang hell. Dan saya stres. Saya capek. Saya menggerutu. Bagi saya, masalah apa saja ada setiap hari. Masalah mood konsulen berubah, masalah dapat penguji yang killer, masalah konsulen marah karena manajemen rumah sakit yang tidak benar (hey, padahal itu bukan salah saya), bahkan konsulen menelepon pun menjadi masalah bagi saya. 

Saya juga pernah dapat stase yang 'katanya' heaven. Dan saya senang, karena saya bisa ditempatkan di stase seperti itu.. awalnya. Tapi kok, setelah dijalani, ternyata tidak seperti yang saya bayangkan. Tidak seenak dan sesantai katanya orang, karena saya tetap sama seperti ketika saya berada di hell.

Lalu saya mulai bertanya-tanya. Apa yang membuat orang-orang mengatakan stase saya ini heaven, sedangkan saya menjalaninya seperti di neraka? Mana heaven-nya? Ah, mereka saja yang terlalu santai, makannya bisa mengatakan stase ini enak. Ah, mereka saja yang terlalu pintar 'menjilat' konsulen. Ah, mungkin mereka ada yang punya mobil, makannya bisa dapat hati konsulen yang suka diantar-jemput. Ah, mungkin mereka begini, mungkin begitu, dan segala kemungkinan-kemungkinan lain memenuhi pikiran saya.

Saya mulai terjebak dengan pemikiran saya sendiri. "Mengapa ini terjadi padakuu!?" adalah pertanyaan setiap hari kepada Tuhan. Tingkat stres koas terlalu tinggi untuk saya sampai saya pernah berucap: "Ma, aku ingin berhenti koas". Dan mama saya hanya menjawab: "Nak, mama hanya berharap kamu bertahan".

Saya ingin bebas dari masalah. Sekarang pertanyaannya, apa itu masalah? Konsulen telpon jadi masalah? Tidak. Banyak hal kecil yang bukan masalah menjadi masalah. Sampai akhirnya saya menyadari, masalahnya ada di kepala saya ini. Masalah ada karena saya mengaggapnya itu masalah.

Dulu, saya seperti ini:

Konsulen: "Lingkan, berapa dosis Midazolam?"

Saya: (diam seribu bahasa, karena saya tidak pernah mendengar nama obat itu sebelumnya, tapi saya harus jawab. Aduh.. Ya ampun, Tuhan, kenapa aku sih yang harus ditanya? Kenapa gak teman-teman saya saja? Lagian, perasaan dari kemaren aku terus yang ditanya? Kena--)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun