Sering saya jumpai banyak orang meng-upload foto-foto terbaiknya dengan hashtag "bahagia itu sederhana". Makan bareng keluarga besar: bahagia itu sederhana. Melancong ke gunung dengan pacar: bahagia itu sederhana. Ulang tahun dibelikan mobil: bahagia itu sederhana. Dapat uang 1 M: bahagia itu sederhana. Daaan kebahagiaan sederhana lainnya yang menurut saya...  gak sesederhana itu.
Untuk makan bareng keluarga besar misalnya: saya harus mencari waktu paling pas, bahkan kalau bisa booking dari jauh-jauh hari agar saya tidak dijadwalkan jaga di hari itu. Lalu saya harus memikirkan cara pulang ke rumah, memikirkan biaya perjalanan ke rumah, dan memikirkan kapan dan bagaimana harus balik lagi ke RS sebelum follow up pasien pagi-pagi. Saya jadi kurang tidur, padahal setelah sampai saya harus jaga lagi. Dan itu terjadi langka sekaliiii.. Apanya yang sederhana?
Well, saya berlatar belakang co-ass. Yap, seorang co with an ass. Menghidupi hidup yang tidak layak dihidupi, menggandeng gelar sarjana yang tidak layak dijual, menjadi keset yang selalu welcome walau diinjak, namun juga sebagai ujung tombak harapan orang tua karena kami menghabiskan biaya pendidikan paling banyak dari antara anak lainnya.
Ketika melihat kembali kehidupan saya sebagai coass yang sudah berjalan 1 tahun (yang rasanya sudah seabad), saya menyadari, kebahagiaan saya semakin sederhana. Pasien jarang: bahagia itu sederhana. Melangkahkan kaki keluar dari IGD habis jaga: bahagia itu sederhana. Melewati jaga 24 jam tanpa dimarahi: bahagia itu sederhana. Dapat makan nasi kotak gratis: bahagia itu sederhana. Tidur beralaskan sesuatu: rasanya tidur di hotel. Bisa tidur 1 jam di kamar bersalin: berasa minum kopi 1 galon.
Apalagi bisa pulang dan ketemu keluarga, makan dengan keluarga besar, melancong ke gunung dengan pacar, ultah dirayakan, waaaaahh.. Membayangkannya saja indah sekali. Itu tidak sederhana bagi saya.
Semakin susah hidup, semakin sederhana rasa bahagia itu. Ya, benar-benar sederhana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H