Sebenarnya, saya sangat stres berkumpul dengan teman-teman saya malam ini. Bagaimana tidak, saya baru saja mengambil uang di ATM saya yang saya ingat bersaldo masih 300-an terakhir kali cek. Setelah menarik 250 ribu, sekarang tersisa 17 ribu. Dan sekarang, saya akan makan-makan dengan teman saya.. Saya pun masih punya utang dengan teman saya 100ribu. Cicilan HP saya belum lunas. Saya bisa menghabiskan sekitar... Ah, tidak. Saya tidak boleh membuang uang saya lebih banyak lagi..
Yaa,, beginilah Koas. Sudah sarjana, umur matang, tapi tidak punya kerjaan. Bukannya menghasilkan, tapi malah membuang uang orang tua. Bukannya membantu biaya pendidikan adik yang masih jauh, malah jadi beban keluarga karena pendidikan sendiri pun masih jauh. Sudah lama masalah keuangan ini membebani pikiran saya selama menjalani hidup perkoasan, tapi saya menutupinya dari teman sejawat lain, karena tidak ingin dikasihani.
Yap, siapa bilang kalau mahasiswa kedokteran itu pasti kencang duitnya? Ya, memang kencang pengeluaran, tapi lambat -lambat penghasilannya. Banyak mahasiswa kedokteran yang mencari beasiswa mati-matian supaya bisa sekolah dan meraih cita-cita. Banyak juga koas yang sambil bekerja demi memperpanjang hidupnya di dunia perkoasan. Saya termasuk yang.. ingin menghasilkan, tapi apa daya, apa yang saya punya tidak laku dijual.
Siapa yang ingin mempekerjakan Sarjana Kedokteran? Sarjana Ekonomi, Hukum, Teknik, dan berbagai sarjana-sarjana lain akan siap kerja begitu lulus skripsi. Bahkan ada pula yang sudah dikontrak perusahaan sebelum ia sendiri diwisuda dan lulus secara legal.
Tapi sarjana kedokteran? Dokter bukan, mahasiswa bukan. Pengangguran juga bukan, karyawan juga bukan. Selama 3,5 tahun (plus minus 1 semester, tergantung berpendidikan di universitas mana) saya hanya berkutat dengan buku dan manekin. Belum ke pasien sesungguhnya. Jadi, jangan berharap dengan S. Ked berarti sudah bisa menyuntik atau pasang infus dan memberi resep. Wawancara pasien saja masih gugup dan ngelantur kemana-mana. Cuci tangan 6 langkah menurut WHO saja masih suka terbolak-bali. Hahhaha..
Jadi, apa yang bisa dijual dari S. Ked? Emm... Saya pikir tidak ada. Jika ada yang bergelar S. Ked dan sukses sekarang, pasti bukan karena S. Ked dia bisa sukses. Mungkin ia menjalankan bisnis tertentu, atau banting setir ke jurusan yang lebih menjual.Â
Bahkan saya saja lupa kalo saya S.Ked..
Yaa, S.Ked mungkin menjual ketika membagikan undangan pernikahan, saya akan bangga karena ada S.Ked di belakang nama saya..
:P
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H