Mohon tunggu...
Linggar Rimbawati
Linggar Rimbawati Mohon Tunggu... Guru - Tidak punya jabatan

Penulis kelahiran Jambi yang selalu rindu Solo. Manulis cerpen, puisi, dan esai ringan.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Hobi Membaca yang Menyelamatkan Kewarasan Saya

27 Juli 2024   09:23 Diperbarui: 27 Juli 2024   09:31 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sebagian koleksi buku (dokumen pribadi)

Dari ketiga anak Ibu, hanya sayalah yang tak memiliki bakat seni apapun. Jangankan melukis wajah orang, membuat lingkaran saja jari saya gemetar. Saya tak pernah tertarik untuk ikut les menari, karena senam tiap Jumat di sekolah aja saya sering jadi bulan-bulanan karena gerakan yang mbagong. Lupakan soal ide menyanyi, selain punya suara cempreng, mulut saya nggak ngerti nada.

Padahal, ibu dan kedua kakak perempuan saya sangat gemar berkesenian. Mereka menari, menyanyi, bermain musik, sampai iseng-iseng membuat seri kartun. Sedangkan saya, entahlah, seperti menjalani hidup tanpa hobi. 

Kata Ibu, saya itu persis Bapak: orang tani, jiwanya kasar dan tidak bisa memahami seni. Hobi yang dimilikipun sering kali tak terarah.

Semasa hidup, bapak saya punya kegemaran yang agak antimainstream, yaitu, ngaduk semen untuk dibikin pondasi entah apa. Saya sendiri, sewaktu kecil sering bingung jika ditanya hobinya apa. 

Untunglah kebingungan itu tak perlu berlangsung lama. Suatu hari ibu saya membeli beberapa eksemplar majalah anak-anak di sebuah lapak di pasar.

Katanya, "Kamu bisa baca banyak cerita dan dongeng. Kalau di buku pelajaran kan bacaannya sedikit." Sejak saat itulah saya menemukan keasyikan dari membaca yang saya jadikan hobi hingga dewasa. 

Saya merasa, hobi membaca pernah menyelamatkan kewarasan saya di masa-masa sulit. Kita tahu, semua orang mengalami fase krisis seperempat abad. Bagi saya, itu sudah dimulai ketika saya baru menginjak awal dua puluhan. 

Pemicunya adalah saya mengalami pelecehan seksual di kost tempat saya tinggal. Pelakunya tidak lain tidak bukan adalah anak dari pemilik kost. Percayalah, mendapat perlakuan tidak menyenangkan saat jauh dari orang tua dan keluarga itu amat berat. 

Pelaku memang sudah diganjar hukuman setimpal dan saya juga sudah pindah kost. Akan tetapi, hari-hari yang saya lalui setelahnya terasa kosong. Pacar saya meminta putus sambil mengatakan hal tak mengenakkan. Penghujatan dalam bungkus candaan oleh orang-orang sekitar juga terus terngiang-ngiang dan berubah bentuk menjadi kebencian dalam diri saya. 

Singkatnya, ada fase ketika saya menarik diri dari pergaulan, malas bertemu orang-orang, ogah-ogahan masuk kuliah. Saya memilih untuk kabur ke perpustakaan seharian dan tenggelam dalam buku-buku di sana. Saya seolah mencari penyembuhan lewat novel-novel dari penulis-penulis perempuan seperti Ayu Utami, Djenar Mahesa Ayu, Oka Rusmini, Okky Madasari, dan lain sebagainya. 

Membaca karya-karya mereka membuat saya merasa hidup, dirangkul, diberi tempat, tidak disindir dan disingkirkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun