Waktu saya SMP, ada satu lagu Barat yang sangat saya suka. Judulnya adalah It Can Happen To Anyone of Us (Stupid Mistake) yang dinyanyikan oleh Gareth Gates, selulusnya dia dari American Idol.Â
Liriknya, kurang lebih, Â menceritakan tentang penyesalan setelah melakukan kesalahan bodoh dan beralasan bahwa itu bisa saja terjadi kepada siapapun.
Sejak dirilis pada 2002 lagu ini sering diputar di stasiun tivi favorit anak muda (yap, apalagi kalau bukan MTV) dan selalu nangkring di puncak tangga playlist lagu-lagu baru.Â
Saya kerap mendengarkannya setiap pagi sambil bersiap-siap ke sekolah. Lagu itu bisa dibilang adalah one hit wonder bagi anak millennial pada masanya.Â
Tentu saja, sebagai anak SMP yang kosakata bahasa Inggrisnya masih terbatas saya tidak memahami arti seluruh lirik yang ditulis oleh David Bengt Krueger, Jorgen Kjell Elofsson dan Per Olof Magnusson itu.
Akan tetapi, setidaknya saya tahu arti judulnya dan pesan yang terkandung dalam lagu tersebut. Karena itulah saya sering mengutipnya sebagai pembenaran ketika saya melakukan kesalahan.Â
Misalnya, pada suatu hari Senin saya lupa membawa topi, padahal benda itu adalah atribut yang wajib dikenakan pada saat mengikuti upacara bendera. Alhasil, saya dihukum oleh guru piket yang bertugas hari itu.
Kebetulan, salah satu guru piket hari itu adalah guru Bahasa Inggris yang mengajar di kelas saya. Namanya Ibu Wiwien.Â
Orangnya cukup galak dan tak kenal ampun jika mendapati muridnya melakukan kesalahan. Akan tetapi, saya tahu cara mengambil hati beliau. Yaitu, berbincanglah dengan beliau menggunakan bahasa Inggris.
"I'm sorry, Ma'am. I forgot my hat. It can happen to anyone of us, right?"Â ujar saya sambil memasang tampang menyesal.
Tepat seperti yang saya harapkan, Bu Wiwien bersikap lebih santai. Beliau tetap memberi hukuman, tetapi tidak sambil membentak dan menyuguhkan wajah horor.Â
Bahkan, kalau saya boleh GR, beliau kelihatan agak terpesona dengan alasan yang saya sampaikan dalam bahasa Inggris nan apik itu.Â
Setelah kejadian hari itu, saya tidak bisa berhenti caper kepada beliau dengan dengan menyanyikan refrain lagu tersebut. Ya ampun, betapa memalukannya saya waktu itu, ya. But, it can happen to anyone of us, kan, ya?
***
Masa SMP telah lewat berpuluh tahun silam dan saya belum melupakan lagu yang satu itu. Bukan saja masih sering memutarnya di Youtube atau Spotify, tapi saya juga masih sering mengutipnya sebagai pembenaran tiap kali saya melakukan kesalahan. Bahkan pada kealfaan-kealfaan yang tidak sesepele melupakan topi atau tidak mengerjakan PR.
Hanya saja, sebagai orang dewasa, saya tidak perlu melantunkan lagu itu di depan orang lain. Cukup saya nyanyikan dalam hati saja sambil membujuk diri sendiri: Tidak apa-apa bikin kesalahan bodoh lagi, it can happen to anyone of us.