Tepat seperti yang saya harapkan, Bu Wiwien bersikap lebih santai. Beliau tetap memberi hukuman, tetapi tidak sambil membentak dan menyuguhkan wajah horor.Â
Bahkan, kalau saya boleh GR, beliau kelihatan agak terpesona dengan alasan yang saya sampaikan dalam bahasa Inggris nan apik itu.Â
Setelah kejadian hari itu, saya tidak bisa berhenti caper kepada beliau dengan dengan menyanyikan refrain lagu tersebut. Ya ampun, betapa memalukannya saya waktu itu, ya. But, it can happen to anyone of us, kan, ya?
***
Masa SMP telah lewat berpuluh tahun silam dan saya belum melupakan lagu yang satu itu. Bukan saja masih sering memutarnya di Youtube atau Spotify, tapi saya juga masih sering mengutipnya sebagai pembenaran tiap kali saya melakukan kesalahan. Bahkan pada kealfaan-kealfaan yang tidak sesepele melupakan topi atau tidak mengerjakan PR.
Hanya saja, sebagai orang dewasa, saya tidak perlu melantunkan lagu itu di depan orang lain. Cukup saya nyanyikan dalam hati saja sambil membujuk diri sendiri: Tidak apa-apa bikin kesalahan bodoh lagi, it can happen to anyone of us.