"Beli Yakult di "Yakult lady" lebih menyenangkan dari pada beli Yakult di super/mini market. Karena mbaknya/ibunya bisa diajak ngobrol, sementara kulkas Indomaret/Alfamart/Transmart gak bisa diajak ngobrol. Saya ngeliatnya Yakult Lady ini justru pemberdayaan perempuan."
Pada komentar yang lain, @___natsukashii menambahkan testimoninya terhadap Yakult Lady dn bagaimana Yakult Lady ini menggunakan teknik "srawung" secara profesional.
"Tetangga ada yg jadi ibu yakult, biasanya orangnya kyk ceplas ceplos tipe orang yg seneng cerita dan pas mode ibu yakult pake seragam wuhh profesional bgt cara ngomongnya jadi beda (tetep ramah tp kek ada yg beda gitu)"
Nah, setelah beberapa saat saya scroll komentar, ada satu hal yang menarik perhatian saya. Menurut @tia_bebby, loker untuk Yakult Lady dikhususkan untuk ibu-ibu terutama single parent. Untuk ibu-ibu bersuami, harus mendapatkan izin dari suami.
Komentar dari @tia_bebby ini menjawab pertanyaan dari @pringgolakseno yang sempat heran mengapa ia selalu melihat ibu-ibu sebagai Yakult Lady dan tidak pernah melihat anak muda.
Strategi "srawung" dari Yakult ini ditiru oleh Cimory yang beberapa salesnya menggunakan strategi ini. Memang sih, "srawung" adalah hal yang dapat menarik konsumen dengan mudah di Negara yang ramah ini.
Srawung sendiri merupakan kata dari bahasa jawa yang berarti kumpul, bertemu, atau berinteraksi. jika pembeli sama-sama ibu paruh baya, srawung ini terkadang menjadi sesi curhat dan bertukar cerita. walach, emak-emak banget.
Bagaimana menurut Kompasianer, apakah teknik door to door atau teknik "srawung" termasuk marketing yang efektif?
Begini beberapa komentar lucu warga twitter :