Jogja dengan setiap sudut yang istimewa, memanggil hati kecil saya untuk menikmatinya. Jogja dan budaya, terdengar seperti dua hal berkaitan dan tidak dapat terpisahkan. Kota ini mengandung seribu satu pesona budaya yang terus dijaga karena itulah inti dari Yogyakarta. Cuaca semi mendung pada saat itu, mendorong keinginan saya untuk berjalan dan mengamati setiap suguhan yang ada.
Pada (29/05/2022) yang bertepatan dengan hari Minggu, saya mengunjungi tempat wisata yang dulunya merupakan tempat mandi para putri dan selir raja. Terletak di Patehan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, suasana sekitar Taman Sari ketika itu lumayan ramai oleh wisatawan dalam maupun luar negeri.
Setelah membeli tiket pada loket yang tersedia, saya masuk melalui pintu yang dijaga oleh dua petugas. Tiket diminta oleh petugas dan disobek untuk menandai bahwa tiket terpakai. Bertepatan dengan diserahkan sobekan tiket itu kepada saya, bapak petugas menanyakan apakah saya sudah pernah mengunjungi Taman Sari sebelumnya, lalu saya menjawab tidak. Bapak petugas setelah itu memberikan brosur panduan dan menjelaskan rute yang harus saya lewati.
Tak sabar rasanya ingin melihat bagaimana salah satu wisata bersejarah Yogyakarta yang satu ini, saya pun melanjutkan langkah kaki untuk memasuki bangunan. Ramai, takjub melihat antusiasme wisatawan yang beragam. Beberapa diantaranya mengambil foto, ada pula yang mendengarkan dengan seksama penjelasan pemandu.
Akhirnya saya bergabung dengan sekelompok orang yang memperhatikan pemandu untuk mendengarkan seluk-beluk Taman Sari. Taman Sari memiliki arti "taman yang indah". Didirikan oleh Sultan Hamengkubuwana I pada 1758 Masehi. Â Taman Sari dibangun sebagai lambang kejayaan Raja Mataram.
Dibangunnya Taman Sari sendiri memiliki fungsi sebagai tempat perlindungan dan pertahanan dilihat dari addanya benteng yang tinggi, bastion (tempat senjata), urung-urung yang menghubungkan satu tempat dengan tempat yang lain. Fungsi lainnya adalah sebagai tempat religius dan meditasi bagi sultan, serta tempat pesiar (peristirahatan) yang dapat diketahui dari adanya fasilitas antara lain : umbul, pasiraman, kolam, segaran, dan pertamanan.
Bangunan Tamansari terdiri dari 21 bangunan, Gedong Gapura Hageng, Gedong Lopak-Lopak, Pasiraman Umbul Binangun, Gedong Sekawan, Gedong Gapura Panggung, Gedong Temanten, Gedong Pangunjukan, Gerbang Kenari, Gerbang Taman Umbulsari, Pasarean Ledoksari, Gedong Madaran, Pasiraman Umbul Sari, Gedong Blawong, Gedong Garjitawati, Gedong Carik, Pongagan atau Dermaga Peksi, Pogangan Timur, Gerbang Sumur Gumuling, Sumur Gumuling, Pulo Panembung, dan Pulo Kenanga.
Beberapa spot belum dapat dikunjungi karena dalam masa renovasi, seperti bangunan bawah tanah yang menurut informasi dari pemandu, sedang dalam masa perbaikan. Tetapi masih banyak pula tempat yang bagus dan dapat dikunjungi, terutama Pasiraman Umbul Binangun, kolam yang berada di tengah.
Penjelasan pemandu selesai, sekelompok wisatawan tadi setelahnya berpencar menuju tujuan masing-masing. Pada kesempatan itu saya bertanya kepada pemandu, terkait keramaian Taman Sari yang sepertinya tak terpengaruhi oleh pandemi. Bapak pemandu tersenyum dan menjelaskan "Tentu terdampak mbak, hanya saja saat ini sudah mulai pulih. Malah dulu, sebelum adanya pandemi antrian masuk sangat panjang dan harus mengantre. Lebih ramai dari sekarang" saya mengangguk paham.