Mohon tunggu...
Liner Vistrina
Liner Vistrina Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya adalah seorang guru yang selalu mencoba belajar dan menyelesaikan pengembangan diri saya dengan optimal dan penuh tanggungjawab,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Penerapan Budaya Positif di Sekolah - Modul 1.4 Koneksi Antar Materi

26 Desember 2022   09:12 Diperbarui: 26 Desember 2022   09:15 4080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jumat, 23 Desember 2022

Assalamuallaikum. Salam bahagia ibu dan bapak guru hebat di seluruh Indonesia. Kali ini saya akan menuliskan sebuah Kesimpulan dan Refleksi Budaya Positif modul 1.4.a.6.1 pada Program Guru Penggerak.

Keberhasilan membangun budaya positif di sekolah hendaknya merupakan kolaborasi bersama antara guru, peserta didik, kepala sekolah, dewan komite, orangtua, dan masyarakat. Sebagai pemimpin pembelajaran, tujuan kita adalah menciptakan peserta didik yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik. Dalam aspek berbudaya lingkungan misalnya, seorang anak dapat terbiasa membuang sampah sesuai kriterianya karena ia paham dan mengerti konsep reuse, reduce and recycle (3R), ia mengerti dampak jika membuang sampah sembarangan,dsb. Sehingga motivasi yang terbangun adalah motivasi internal. Ketika muncul sebuah pelanggaran disiplin oleh peserta didik, sebisa mungkin saya belajar menerapkan setidaknya kontrol diri sebagai teman, sebagai pemantau, bahkan saya sangat mengupayakan kontrol diri sebagai manajer. Di SDN Percobaan 2 Kota Malang, saya mengajar peserta didik kelas 1. Meskipun mereka masih kelas 1, mereka pernah saya ajak membuat keyakinan kelas. Tidak semata-mata membuat keyakinan kelas begitu saja, materi Keyakinan Kelas muncul sebagai salah satu TP yang perlu diajarkan pada muatan Pendidikan Pancasila (PP). Salah satu bunyi keyakinan kelas dalam penerapan aspek berbudaya lingkungan yang ada di kelas saya yaitu “cek kembali kebersihan bangkumu dan sekitarmu !”. Apakah semua keyakinan kelas yang kami bentuk atau susun bisa berjalan dengan baik ? Tentu saja tidak. Dalam pengimplementasiannya, masih saja ada anak yang acuh terhadap lingkungannya. Apalagi saat saya tidak berada di sekolah dan mereka belajar bersama guru piket, sekembalinya saya, kelas terlihat begitu kotor. Saat seperti itulah, saya menjalankan tahapan segitiga restitusi : menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan. Tentunya tahapan demi tahapan diiringi cara penyelesaian sesuai dengan ciri khas anak usia kelas 1.

Setelah saya mempelajari Modul 1 secara holistik mulai dari Modul 1.1 tentang Dasar Pendidikan Menurut Pemikiran KHD, Modul 1.2 tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak, Modul 1.3 tentang Visi Guru Penggerak, dan Modul 1.4 tentang Budaya Positif, saya ternyata masih banyak memiliki kekurangan. Ada rasa penyesalan, malu, dan rendah diri setelah saya merefleksikan pembelajaran yang sudah saya berikan ke peserta didik. Ada kekeliruan dan kesalahan saat saya mendidik. Tetapi, Alhamdulillah, melalui Program Guru Penggerak ini saya masih diberi kesempatan untuk berubah menjadi guru yang benar-benar layak dan pantas untuk mendidik, serta mungkin bisa menjadi teladan bagi peserta didik. Tetap semangat !

Keterkaitan Budaya Positif (Modul 1.4) dengan Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara (Modul 1.1), Nilai dan Peran Guru Penggerak (Modul 1.2), serta Visi Guru Penggerak (1.3) adalah saya dapat memahami bahwa sekolah diibaratkan sebagai tanah tempat bercocok tanam sehingga guru harus mengusahakan sekolah jadi lingkungan yang menyenangkan, menjaga, dan melindungi peserta didik dari hal-hal yang tidak baik. Dengan menjadi pemimpin pembelajaran, saya bisa menuntun peserta didik sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya, memberikan pendidikan yang berpihak pada murid, menebalkan laku anak dengan kekuatan sosio kulturnya, serta menanamkan budi pekerti agar nantinya mereka menjadi insan yang selamat dan bahagia. Di samping itu, perlunya mengajak seluruh warga sekolah untuk menciptakan pendidikan yang sesuai dengan Filosofi Pendidikan Nasional KHD dengan langkah awal menciptakan visi yang jelas. Setelah itu prakarsa perubahan kita susun dengan menggunakan langkah BAGJA, berlandaskan kekuatan/potensi (Metode Inkuiri Apresiatif), yang berorientasi pada elemen Profil Pelajar Pancasila. Langkah BAGJA pada prakarsa perubahan diharapkan mampu menciptakan budaya positif untuk ekosistem pendidikan khususnya untuk peserta didik.

Terdapat 8 pertanyaan pemantik bagi saya untuk dapat merumuskan konsep apa saja yang saya peroleh dari modul ini serta hal-hal positif apa saja yang sudah dilakukan.

  • Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep – konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal – hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?

Untuk membangun budaya positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman dan nyaman agar murid – murid mampu berpikir, bertindak dan mencipta dengan merdeka, mandiri dan bertanggung jawab. Adapun konsep – konsep inti yang saya pelajari dari modul ini tentang : Disiplin Positif, 5 Posisi Kontrol Guru, Kebutuhan Dasar Manusia, Keyakinan Kelas, dan Segitiga Restitusi.

  • Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?

Perubahan disiplin positif, kontrol posisi guru, dan cara menyelesaikan masalah. Tadinya dalam mendisiplinkan positif peserta didik yaitu dengan munculnya motivasi eksternal, sekarang berubah menjadi motivasi internal. Kemudian, kontrol posisi guru tadinya penghukum dan pembuat orang merasa bersalah. Sekarang belajar, kontrol posisi diri sebagai manajer. Berikutnya, tentang cara menyelesaikan masalah, dari pemberian penghargaan/hukuman menjadi melaksanakan restitusi.

  • Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda ? Saat ini saya sedang menjalankan program Kamisaris (Kamis Berliterasi di Sekolah). Setiap Kamis, saya selalu memberikan dongeng dan cerita kepada anak-anak dengan berbagai metode. Mulai dari Read a Loud, menyimak video, dll. Kemudian mereka mengerjakan tindaklanjut berupa menjawab pertanyaan, menggambar, maupun melakukan refleksi.
  • Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut ? Bahagia
  • Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik ? Adakah yang perlu diperbaiki ? Hal yang sudah baik diantaranya pembiasaan membaca buku oleh anak untuk membentuk dan membangun daya imajinasi anak. Yang perlu diperbaiki adalah tindakan restitusi untuk anak yang tidak pernah dan tidak mau membawa buku jurnal literasi.
  • Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu ? Setelah mempelajari modul ini, posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya ? Yang sering saya pakai adalah posisi kontrol sebagai penghukum dan pembuat seseorang merasa bersalah. Perasaan saya saat itu marah, sedih, dan kecewa. Hukuman itu bisa merubah orang menjadi lebih baik, atau hukuman itu mendidik, tidaklah benar, semua itu ilusi. Setelah mempelajari modul 1.4 ini posisi kontrol yang saya terapkan adalah senantiasa belajar sebagai manajer. Perasaan saya menjadi lebih puas, lega, dan bijaksana, bisa menyelesaikan permasalahan sesuai kebutuhan peserta didik.
  • Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda ? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda mempraktIkkannya ? Pernah, Saya mempraktikkan tahapan Validasi Tindakan Yang Salah. Contohnya saat murid saya tidak memakai seragam lengkap pada hari Senin, ketika upacara bendera. Saya mendatangi murid saya yang tidak memakai topi merah putih kemudian menanyainya : “Dimana topimu ?”, “Mengapa kamu tidak membawa topi ?”, “Apa yang kamu lakukan kemarin setelah selesai belajar ?
  • Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah ? Tidak ada. Konsep-konsep dalam modul 1.4 ini sangat penting karena di dalamnya dibahas mengenai berbagai konsep yang dilihat dari sisi psikologis seorang murid.

Demikianlah penjelasan Koneksi Antar Materi, Kesimpulan, dan Refleksi Modul 1.4 yang saya lakukan dalam upaya memenuhi tugas dari Program Guru Penggerak Angkatan 7. Terimakasih

Salam Guru Penggerak B2M2

Belajar

Berbagi

Memotivasi

Menginspirasi

Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun