Ada momen dalam hidup ketika hati diuji oleh luka yang tak kasat mata
Bekas dari hubungan yang mungkin pernah terasa indah, namun ternyata menyimpan sisi kelam. Perasaan yang begitu rumit, antara benci dan iba, sering kali menjadi warna dalam perjalanan cinta yang penuh liku.
Puisi ini hadir sebagai refleksi dari rasa sakit dan kekuatan, sebuah ekspresi untuk meluapkan emosi yang tak mampu diungkapkan hanya dengan kata-kata biasa. Dalam setiap baitnya, terselip pengakuan atas luka, namun juga keputusan untuk bangkit dan tak lagi terperangkap dalam bayang-bayang masa lalu.
Semoga puisi ini menggugah hati dan menjadi pengingat bahwa dari setiap pengalaman, baik atau buruk, selalu ada pelajaran yang bisa kita bawa ke depan.
Bagai sebilah belatih
Yang kau hunus sepanjang hari
Tajam nan putih
Seakan bersiap mengiris hati
Hingga menjadi serpihan perih
Hai pria tampan
Parasmu bukan lagi andalan
Seakan tak punya tumpuan
Kau pilah sosok idaman
Menurutmu, kaukah sang pujaan?
Pahit tuk dikenang
Serpihan kenangan yang terngiang
Namun, tak sebulirpun air mata terlinang
Benci yang tak terbayang
Rasa iba yang t'lah hilang
Teruntuk sang pengelana cinta
Terima kasih tuk semua pesona
Yang tak pernah nyata
Yang kini kian membuncah
Menjadi seonggok rasa
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI