"Setelah melihat suatu hal atau kegelisahan, kita bisa memetakannya dengan metode 5W1H (what, why, when, where, who, dan how), ketika menemukan sebuah ide, kita harus menjadi seorang yang kritis, dengan mempertanyakan ide kita sendiri," Ungkap Lusia.
Bukan hanya kritis, tetapi juga netral dan etis. Sebagaimana diungkapkan Aditya Putri, dirinya menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dan netralitas dalam peliputan. Baginya, jurnalis harus memastikan bahwa berita yang disampaikan selalu akurat dan memberikan ruang bagi suara-suara yang kurang terdengar di masyarakat.
"Aku harus membuat berita untuk memastikan masyarakat memperoleh informasi yang akurat dan netral, sebagai jurnalis, kita harus memberikan ruang bagi pihak-pihak yang kurang berkemampuan untuk menyuarakan pendapatnya," Terang Aditya.
Aditya juga menegaskan pentingnya menghormati privasi dan kerahasiaan narasumber, serta selalu berpegang pada etika jurnalistik untuk menjaga integritas profesi dan membangun kepercayaan publik.
"Jurnalis harus menghormati hak narasumber terkait informasi, serta menjaga kerahasiaan narasumber," Pungkas Aditya.
Pada akhirnya, praktik jurnalisme yang mengedepankan penggunaan data, pendekatan kritis, dan standar etika yang tinggi memiliki peran penting dalam meningkatkan kesadaran publik mengenai isu lingkungan.
Harapannya, melalui webinar ini, bisa menjadi bagian dari upaya yang lebih besar untuk memperkuat jurnalisme lingkungan yang berbasis fakta dan integritas. Dengan demikian dapat mendorong masyarakat untuk mengambil tindakan nyata dalam menjaga kelestarian lingkungan.