Mohon tunggu...
linda yusmina
linda yusmina Mohon Tunggu... karyawan swasta -

saya suka dengan orng cerdas walau saya tidak begitu cerdas

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kala Kubuka Hatiku

12 Desember 2013   15:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:00 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Badan ku terasa sakit dan perih terutama dipergelangan tangan dan wajah ku ketika aku setengah tersadar. Mata ku masih sedikit buram dan mengarah ke lantai. Lantai yang kotor dan berkerak penuh noda darah. Aku seketika tersontak terkejut dengan keberadaan ku sekarang. Tangan ku terikat di dinding sehingga tubuh ku tergantung kearah lantai dengan kaki yang mati rasa karena setengah tertekuk. Perih sekali pergelangan tangan ku yang terikat tali sejenis tali tambang dengan ukuran kecil ini. Karena terikat kebelakang sehingga aku tak tahu seberapa parah luka pergelangan tangan ku. Aku berusaha kuat kan kaki ku untuk menapak di lantai. Sedikit lunglai namun aku paksa. Karena tidak terikat sehingga aku bisa agak leluasa menggerakan kaki ku yang tadinya mati rasa sambil aku melihat suasana ruangan pengap tempat aku berada sekarang yang seperti gudang penyimpanan barang. Ruangannya tidak begitu besar sekitar 6x4. Ada almari kuno yang rusak tanpa pintu dan beberapa barang usang. “kenapa aku disini? Berapa hari aku disekap disini??” pertanyaan itu sering muncul di benak ku. Aku melihat kondisi kemeja ku yang lusuh dan ternoda darah masih lengkap dengan celana skinny gelapku yang bersabuk. Ada rasa lega dibenak ku. Setidaknya aku sekarang masih bisa merasa bersukur tidak dan jangan sampai terjadi pelecehan seksual terjadi. Dan aku terus berdo’a semoga tuhan masih menjaga ku. Semoga..

Tiba-tiba pintu terbuka. Sepertinya tidak dikunci. Aku tersontak kaget. Mata ku terhenyit menahan silau cahaya dari balik pintu itu. Demikian juga dengan orang yang membuka pintu itu. Sepertinya dia juga terkejut melihat aku sudah siuman dari pingsan ku sehingga dia berusaha menarik daun pintu agak tertutup lagi menutupi nya dari pandanganku. Sepertinya dia tidak mau aku tahu identitasnya.

“wer bist du???” teriaku dengan suara serak

Orang itu hanya diam. Dan berjalan menjauh dari pintu. Tidak lama kemudian dia kembali dan masuk beberapa langkah dari pintu menuju arah ku. Aku menghernyit kan mata karena silau cahaya di balik tubuhnya yang berjalan mendekat. Tidak bisa aku melihat wajahnya dengan jelas. Hanya siluet dari laki-laki tegap yang berdiri 8 langkah tepat di depanku. Laki-laki itu memakai masker menutup setengah wajahnya sehingga hanya tersisa mata yang separuh keatas tertutup dengan topi baseball. Dia melempar sesuatu ke arah ku. Tepat jatuh di depan kaki ku. Aku alihkan pandangan sekilas ke arah bungkusan itu agak curiga lalu ke arah nya yang sudah berbalik arah berjalan keluar ruangan.

“wer bist du????!!!!!” teriaku kencang

Namun sia-sia. Laki-laki itu mengacuhkan ku. Dia kembali menutup pintu itu. Aku terkurung kembali sendiri di ruang gelap dan pengap itu. Aku teringat mama dan kakak ku. ak tidak tahu harus minta tolong kepada siapa disaat seperti ini. Percuma aku berusaha melepas ikatan tangan ini begitu kencang dan semakin menyiksa ku jika aku berusaha melepaskannya. Malah membuat luka nya semakin parah. Tenggorokan ku kering sekali. Aku melihat di meja kecil dekat tempat aku terikat ada sebuah gelas besar bertutup berisi air. Aku berusaha menggapainya. Ternyata tali ikatan ini bisa bergeser ke kanan ataupun ke kiri. Mungkin agar memudahkan aku untuk mengambil gelas tersebut. Sempat aku curiga dengan air yang ada dalam gelas tersebut. Amankah aku minum?racun atau air? Atau mungkin obat bius? Pikiranku aku tepis. Aku tidak tahan menahan dehidrasi. Krongkongan ku terasa kering. Air ludah ku saja tidak bisa menghilangkan rasa haus ku. lalu aku putuskan meminumnya. Aman. Hanya rasanya agak berbeda dari air putih biasa. Kaki ku menyentuh bungkusan yangdilempar oleh si laki-laki tadi. Dari aromanya aku meyakinkan bahwa itu adalah Wiener schnitzhel(Makanan berbahan dasar daging tipis, yang digoreng dengan tepung roti atau tepung panir lalu dilapisi telur, kentang, serta ditambah penyedap saus demiglace ) Namun ini tanpa kentang dan saus. Dan sangat keras! Biasanya aku suka dengan menu makanan ini. Aku pelan-pelan memakan tiap lapisan. dengan air mata berlinang aku mencoba menelan kunyahan yang sudah halus namun susah rasanya untuk masuk kedalam tenggorokan ku. Aku teringat keluarga ku yang di tanah air. Mama dan papa. Aku rindu mereka. Walau pun aku anak satu-satunya tapi mama papa mengajarkan aku kemandirian dari kecil hingga akhirnya aku terdampar di salah satu perusahaan fashion sebagai assistant desainer. Tiba-tiba kepala ku pusing. persendian ku rasa lemas dan agak susah digerakan. Aku berusaha meraih meja dekat aku terikat. Mata ku berkunang-kunang sebelum berhasil menjangkau meja. Dan BRAKKKK!!!

---

Hangatnya sinar mentari yang masuk dari jendela menghangatkan tubuh ku. memaksa aku membuka mata ku. kepala ku terasa sangat pening. dimanakah aku? Batin ku. tangan ku meraba kepalaku. Aku sontak terkejut. Ada perban melingkar di kepala ku. dan terasa perih di pelipis bagian kanan ku. Aku mencoba mengingat sambil melihat suasana ruangan kamar ini. Suasanya sangat hangat, bersih dan rapi. Namun tubuh ku masih lemas. Pergelanganku sakit. Tidak bisa menompang tubuhku untuk sekedar duduk dari posisiku yang tertidur. Aku tidak bisa mengingat apa yang terjadi. Otakku masih belum bisa berpikir. Persendianku terasa kelu. Aku memutuskan untuk rebahan lagi. Aku sangat bingung dengan kondisi ku. aku tidak bisa mengingat apa yang terjadi. Kepalaku sangat pusing sekali.

Terdengar ada orang akan masuk ke dalam kamar. Aku putuskan untuk berpura-pura memejamkan mata. Walau aku tidak ingat apa yang terjadi. Tapi tidak ada salahnya aku berpura-pura tidur saja.

Orang itu menaruh sesuatu di meja dekat ranjang tempat aku terbaring lalu dia duduk di samping ku. Aku mulai waspada dengan apa yang akan dia lakukan. Dia tidak berucap sedikit pun. Nafas nya sangat tenang. Terdengar suara percikan air dalam sebuh wadah. Dia membasuh muka ku dan leher ku dengan lembut. Dari sentuhan tangan nya dan aroma parfumnya yang segar dan maskulin aku bisa yakin jika orang ini adalah laki-laki. Dan aku mulai ketakutan. Aku takut akan kelanjutan setelah ini. Tuhan,lindungi aku.

“das tut mir leid..” ucapnya

Suaranya berat dan serak. Aku masih pura-pura terpejam. Sementara dia masih membersihkan bekas luka di pergelangan tangan ku teliti dan membalutnya dengan kain kasa steril.

“maafkan saya. Saya menyesal sudah berbuat seperti ini kepanda anda”

Aku terkejut ketika tahu orang itu bisa bahasa indonesia. Sontak aku membuka mata dan memegang tangannya. Orang itu pun terkejut

“konnen sie mir bitte helfen ? tolong....tolong saya” ucapku penuh harap.

Laki-laki berparas tampan dengan kulitnya yang putih pucat itu sempat memandang mata ku walau akhirnya dia mengibaskan tangan ku dan bergegas berlalu dari hadapan ku.

“please help me!!.. tolong saya!” teriak ku sambil berusaha mengejar langkahnya walau aku tidak punya tenaga untuk bisa berlari. Tapi dia begitu cepat geraknya. Aku hanya bisa menggapai pintu yang sudah tertutup dan terkunci dari luar. Sirna harapanku untuk bisa minta tolong ke orang itu. Aku tidak tahu siapa dia. Tidak tahu dengan apa yang terjadi. Aku menangis sekuatnya. Aku benar-benar kehilangan memori. Kepala ku makin pusing. Aku bersandar di pintu yang terbuat dari kayu kokoh ini. Kaki ku lunglai. Nafas ku terasa sesak menahan emosi dalam tangis sambil terus berteriak berharap orang itu mau membukakan pintu ini. Namun tak ada hasil. Hanya hening seakan tidak ada kehidupan dibalik pintu ini. Aku hanya bisa menangis penuh emosi. Tangis keputus asaan.

---

Bogor – siang hari – Ruang keluarga

di sebuah rumah sederhana dengan tatanan asri, Duduk seorang wanita paruh baya sedang mengikuti berita TV dengan serius dibalik kacamatanya yang tebal. Ada sebuah ulasan berita kehilangan. di besarkannya volume TV dari remote control yang ada digenggamanya sehingga suaranya kencang. Seorang perempuan muda berhijab keluar dari ruang sebelah menghampiri wanita paruh baya itu dan duduk di sampingnya dan meraih remote control untuk mengecilkan volume suara.

“Mamah....”

“Ta,kemana perginya adikmu Ocha. Uda 2 hari ini tidak ada kabar” ucap wanita itu sambil menahan tangis

“Mamah sabar ya. Kita harus menunggu kabar dari kepolisian. kedutaan RI sudah menghubungi tadi. Biar mas Tyo dan Papah dulu yang urus disana,Mah..”

Dilepaskannya kaca mata tebal miliknya. Dia mengusap air mata yang menetes dengan ujung lengan bajunya. Tangannya gemetar. Nafasnyasedikit tersenggal karena emosi yang tertahan. Perempuan muda berhijab itu lalu merengkuh tubuh ibu nya yang rapuh sambil berusaha tegar. Wanita itu pun menangis sambil memeluk erat perempuan muda itu. Sebuah Tangis kehilangan yang menyakitkan.

---

Uda dingin menyeruak masuk di sela-sela celah jendela yang tertutup permanen di balik tirai putih yang menjuntai. Aku tarik selimut tebal bercorak bunga-bunga lembut sampai tenggelamkan tubuh mungilku. Saat ini di Jerman masuk musim dingin saat menjelang akhir tahun. Hampir 2 bulan aku berada disini. Dan Aku uda biasa dengan ruangan ini. Ruangan kamar serba putih dengan aroma wangi dari bunga yang tertata rapi di meja dekat ranjang. Walau hanya bunga tiruan dengan aroma therapy. Namun bisa membuat hari-hari ku selama di ruang ini sedikit agak ber-aroma.

Aku uda sadar keberadaan ku walau aku tidak bisa melihat dunia luar dan walau aku tidak bisa menghubungi keluarga ku di Indonesia. Dengan sedikit keyakinan untuk bisa keluar dari sini dan meninggalkan Aldarik . Iya Aldarik adalah Laki-laki yang masuk dalam daftar pencarian orang setelah kasus pembunuhan Mr.Joeya sang perancang mode terkenal dan kasus hilangnya WNA RI Sonya Wibintoro yang saat kejadian pembunuhan sedang berada dekat dengan korban pembunuhan. Laki-lakiyang pernah mengikat ku, pernah memberiku obat penenang yang membuatku kehilangan memori dan pernah juga hampir membunuh ku karena menganggap kesaksianku bisa saja menjadi ancaman bagi dirinya. Walau alasannya membunuh sang perancang itu karena balas dendam atas kematian adik perempuannya yang pernah jadi salah satu model yang pernah hamil dengan Mr.Joeya. Namun semua niat untuk melenyapkan ku berubah ketika Aldarik tahu jika aku warga negara Indonesia. Dan ternyata Aldarik juga punya darah Indonesia dari almarhum ibundanya yang sangat dia cintai. Ibunda yang mempunyai fisik sama dengan tubuhku. Dan aku mempunyai senyum yang sama dengan adik perempuannya. Alasan itu pula yang membuat dia tidak melepaskan ku dari penyekapan ini.

---

Untuk pertama kalinya aku akhirnya bisa kembali menghirup udara luar. Tempat aku dan Aldarik tinggal ternyata lumayan jauh dari keramaian kota. Pantas saja aku tidak pernah mendengar suara bising. Hanya ada beberapa rumah tapi jaraknya juga tidak dekat. Suasananya sangat tenang. Ada danau tepat dibelakang rumah Aldarik. Dan sangat indah sekali pemandangannya. Aldarik lebih suka menghabiskan waktu dengan duduk atau melakukan olah tubuh di dermaga buatannya itu. Aldarik merupakan salah satu tenaga pengajar olah raga disekolah khusus laki-laki di dekat kami tinggal. Hari ini aku diajak Aldarik belanja untuk kebutuhan natal dan tahun baru. Dia minta tolong membantu nya menyiapkan perayaan natal yang sudah lama tidak pernah dia rayakan. Aldarik sangat bersemangat sekali. Ada pancaran bahagia di sinaran matanya. Namun Aldarik memberikan aku banyak peringatan sebelum mengajak ku keluar belanja. Dari tidak boleh terlalu jauh dari dirinya sampai tidak boleh mengobrol dengan orang lain tanpa sepengetahuannya. Dan semua aku setujui dengan tanpa beban. Aku benar-benar tidak merasa menjadi orang yang disekap oleh penjahat. Aku sangat menikmati keluar dengan Aldarik. Walau harus sembunyi-sembunyi jika ada polisi agar tidak dikenali. Tapi itu semua sangat aku nikmati dengan senang bersama Aldarik. Seakan meningkatkan andrenalin kami. Kami tertawa berdua berlarian menghindari polisi. Tentunya tidak dengan mencolok. Kami seakan sepasang pemuda normal yang tidak patut dicurigai di mata mereka. Dan itu makin membuat kami bebas kemana.

---

Disaat makan malam di malam natal. Aldarik menyiapkan makanan siap saji. Dia ingin memberikan ku sebuah kejutan dengan menyiapkan hidangan natal khusus buat aku. Karena kami berdua menghias ruangan dengan pernak-pernik yang kami beli kemarin. Dia tidak ingin aku terlalu capek. Maka dari itu dia ingin menyiapkan makan malamnya tanpa bantuan ku. Dan dia tahu jika aku seorang muslim. Dia membeli makanan siap saji yang halal bagi orang muslim. Dan merayakan tanpa ada alkohol sedikit pun.Ketikaditengah menyantap menu makanantiba-tiba Aldarik memberikan sebungkus kado buat aku. Kotak kecil berwarna hitam dari bahan bludru. Dan ketika ku buka ternyata isinya sebuah cincin dengan batu permata yang berkilau indah. Sangat indah. Aku terkejut dan melihat Aldarik yang tersenyum ke arah ku. Memberiku tanda agar memakai cincin itu. Aku tercekat tak bisa berkata apa-apa. Aku memakai di jari manis sebelah kanan.

“terimak kasih.. ini benar-benar indah” ucapku sambil melihat mata Aldarik yang duduk di seberang meja makan.

“Apa yang harus saya perbuat agar anda tidak meninggalkankan saya?”

Aku sangat kaget dengan pernyataannya barusan. Aku memang sangat ingin pulang. Dan dia tahu itu. Tapi kenapa dia berkata demikian?

“Tolong beri kesempatan untuk bertemu dengan mama saya” ucapku ketika itu

“TIDAK!!... saya tidak membiarkan anda meninggalkan saya.” Teriaknya emosi

“Tolong... saya sangat ingin bertemu dengan mama saya”

Aldarik hanya terdiam menatap kosong ke arah meja didepannya. Tangannya menggenggam keras penuh emosi. Aku beranikan diri menyentuh punggung kepalan tangannya yang hangat dan mengepal penuh emosi. Aku genggam jemarinya yang lambat laun mulai luruh dengan kelembutan sentuhanku. Aku berusaha merasakan perasaan nya. Aldarik mengalami banyak kehilangan orang-orang yang sangat dia sayangi. Aku tahu alasannya tidak mau meninggalkan negara ini. Dia tidak mau meninggalkan makam ibu dan adik nya.

“gehen Sie nicht” suara nya parau

Jarinya menyentuh lembut wajahku. Tatapannya sangat dalam dan sendu. Di dekat kannya wajahnya ke arah wajahku. Dan mengecup keningku pelan. Ada desiran halus yang aku rasakan.

“gehen Sie nicht.... Ich liebe dich.....saya tidak bisa sendiri” ucapnya pelan sambil memeluk tubuhku erat. Aku hanya terdiam. Aku tidak bisa berucap apa-apa. Aku memang merasakan ada yang berbeda dengan perlakuan Aldarik terhadap ku selama ini. Aku pun menyadari bahwa aku juga punya perasaan lain ke dia. Semenjak aku di khianati oleh tunangan ku, aku tidak pernah membuka hati untuk siapapun. Hingga bertahun-tahun aku bertahan sendiri dan fokus terhadap karir ku. Namun sekarang berubah. Dan sangat tidak diduga aku membuka hati pada orang yang memeluk ku sekarang. Aku seakan merindukan pelukan ini. Seakan pelukan Aldarik lah yang aku cari selama ini. Ada keinginan untuk lepas dari sini. Aku berharap namun harap ku tidak secepatnya. Aku masih ingin menemani Aldarik. Aku masih ingin bersamanya.Menyelami perasaan Aldarik entah sampai kapan.

---

Tiba-tiba terdengar suara tanda pesan masuk dari hp yang tergeletak di meja ruang tengah. Seorang pria berbadan tegap dengan garis wakah tegas dan potongan rambut cepak bergegas membuka dan membaca pesan inbox nya. Ada sebuah nama Ocha muncul di layarnya.

“ bang tyo, ocha baik-baik aja. Salam buat mamah papah dan kak tata. Sampaikan salam

Ocha buat keluarga semua. Ocha masih di jerman. Ocha usaha pulang tahun depan. Ocha

Kangen mamah”

Laki-laki itu bergegas berlari menuju ruang belakang tempat duduk sepasang laki-laki dan perempuan separuh baya sedang membaca koran.

“Mah, tyo dapat kabar dari Ocha. Tyo mau usut keberadaan dia sekarang”

Ada binar gembira dimata perempuan dan laki-laki itu. Secercah harapan untuk bisa menemukan anaknya yang hilang.

---

“Terimakasih,Aldarik” ucap ku sambil menaruh hp ku yang baru diserahkan Aldarik tadi pagi.

Dia tiba-tiba memberikan hp ku yang dulu dia simpan waktu pertama menyekapku. Aldarik memberikan kesempatan untuk menghubungi keluarga ku di indonesia. Dia tahu resiko nya jika sampai aku memberi kabar ke keluarga ku. Posisi kami pasti bisa dilacak. Kebetulan kak tyo juga anggota polisi. Dan sangat pasti kak tyo tidak akan tinggal diam. Dan Aldarik bisa tertangkap. Namun Aldarik pasrah dengan resiko nantinya. Dia hanya ingin di natal tahun ini dia bisa membahagiakan orang yang dia cintai. Walaupun sangat berat untuk berpisah. Namun itu sifat Aldarik. Dia tidak mau menyerah untuk bisa menemuiku lagi suatu saat nanti. Dan itu yang diyakininya.

Malam ini begitu dingin. Kami duduk di dermaga kecil bikinan Aldarik. Malam ini tepat pergantian tahun 2014. Suara kembang api riuh mengudara di kejauhan. Namun kelihatan jelas dari tempat kami. Aku duduk disebelah kiri Aldarik. Kaki kami menggelantung di ujung dermaga. Aku sandarkan kepalaku di pundaknya. Memandangi kilauan cahaya kembang yang bayangannya jatuh di permukaan air danau. Begitu indah. Seperti cermin. Aldarik mengusap lembut rambut ku. Dan membenahi baju hangat ku.

“Saya mencintai anda, sonya. Saya akan menghadapi apa yang akan terjadi pada saya. Saya akan mencari anda setelah ini semua selesai” ucapnya lirih

Saya menikmati pemandangan malam ini. Saya hanya tersenyum melihat Aldarik yang juga memandang ku. Tp aku tidak dengar ucapannya karena Suaranya sayup-sayup tidak terdengar karena berbarengan dengan letupan kembang api. Aldarikmemegang kepalaku dan mendaratkan Sebuah kecupan lembut di kening ku. Desiran itu semakin kuat disambut detak jantung ku yang berdetak tak menentu. aku begitu mencintainya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun