Mohon tunggu...
Linda Wulandari Sang Kejora
Linda Wulandari Sang Kejora Mohon Tunggu... -

Saya adalah mahasiswa Psikologi di Uneversitas Negeri Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentang Wow!

2 Oktober 2013   14:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:06 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

sebenarnya ini adalah karya lama yang mungkin bisa menjadikan ulasan kembali, karena ke-alayan masih ada ditahun 2013 ini

Pernah mendengar ini?

“Trus gue harus bilang wow ....!”

Atau ini?

“Trus gue harus koprol sambil bilang wow....!!!”

Dan ini..?

“ciyus..miapah?’’

Anda pasti sudah sering mendengar kata-kata tersebut,atau mungkin orang terdekat anda yang mengucapkannya dengan nada yang sok imut, dan cuek. Atau jangan-jangan anda sendiri yang suka mengucapkan kata tersebut?. Boleh saja kita meniru apa yang menjadi trend, namun alangkah lebih baiknya jika saat kita meniru kata tersebut kita mengerti apa maknanya. Kata ‘WOW’ dalam bahasa Indonesia menunjukkan ekspresi takjub, luar biasa. Namun saat kata tersebut diberikan awalan “trus gue harus bilang WOW gitu?” makna kata dalam kalimat tersebut sudah berubah maknanya menjadi ekspresi, cuek,tidak peduli, atau acuh.bayangkan saja saat kita sedang serius cerita, dan diakhir cerita lawan bicara kita berkomentar “trus gue harus bilang wow gitu dari cerita kamu?”. Secara sadar jika cerita anda tersebut serius, kami yakin pasti anda akan merasa tidak dihargai, dan jengkel. Bahkan jika kata-kata tersebut sering dilontarkan kepada lawan bicara kita yang masih dibawah umur, atau anak-anak kita yang masih SD yang masih dalam tahap sosial emosi, suka menceritakan pengalaman pribadinya, akan berdampak fatal yakni mematikan kreatifitas bercerita dan akan takut untuk menceritakan hal yang dialaminya dan parahnya ini akan mematikandaya imajinasi. karena takut semua ceritanya akan ditanggapi seperti itu oleh lawan bicaranya. Lebih fatalnya lagi anak tersebut akanmenjadi pemalu dan tidak pernah percaya diri atas apa yang akan ia bicarakan. selain fenomena kalimat “trus gue harus bilang WOW?” ada satu kalimat lagi “ciyusss,,,miapah..?kalimat tersebut merupakan kalimat alay yang sampai sekarang belum jelas asal usulnya dan bahkan dokter jiwapun berpendapat seperti ini

“dr Suzy yang bidang spesialisasinya adalah psikiatri anak dan remaja, seseorangyang bangga dengan hal itu adalah seseorangyang tengah mengalami krisis identitas karena dia tidak bisa menentukan pilihan, jadi hanya sekedar mengikuti mainstream supaya diakui teman-teman, Memang berlebihan untuk dikatakan sebagai gangguan jiwa, namun krisis identitas bisa memicu kerentanan untuk mengalami gangguan jiwa. Terlebih, para remaja yang mengalami krisis identitas umumnya memiliki masalah dengan latar belakang emosional, misalnya mudah cemas dan tidak percaya diri.katanya seperti ditulis detik, Rabu (24/10)”

memang benar kebanyakan yang mengucapkan kata tersebut adalah para remaja. Dan secarapsikologis masa remaja adalah pencarian identitas, dimana remaja mencari tau siapa dia sebenarnya. Sehingga para remaja mencari sosok yang meonjol dalam kehidupannya, mungkin yang paling banyak mendominasi hidupnya adalah media sosial dan media masa, sehingga anak yang diasuh oleh orang tuanya secara permisif (membiarkan anak mengikuti apapun tanpa kontrol) akan mengalami krisis identitas yang parah, suka ikut-ikutan trend, sehingga akan rentan mengalami ganguan jiwa, karena tidak ada yang mengontrolnya dan tidak memiliki sosok untuk melepaskan kecemasannya selama tahap krisis identitas. Dari sudut pandang orang awam mungkin berlebihan jika followers atau pengikut kalimat-kalimat tersebut disebut memiliki kecenderungan sakit jiwa, namun bisa juga mungkin, jika kata-kata tersebut tidak sekedar guyonan. Melainkan dijadikan komentar atau tanggapan sehari-hari. Dari sini Sebaiknya bahasa tersebut tidak terus-terusan dipakai, selain rentan terhadap gangguan jiwa,juga merusak etika berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta sesuai EYD bahasa Indonesia yang berlaku, bayangkan saja kata terus demi apa, bisa di plesetkan menjadi ciyuuss miapah, menjadi bahasa yang sering kita jumpai. Gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar, kondisi plesetan yang tepat sehingga tidak menimbulkan dampak-dampak yang fatal, seperti pernyataan diatas, penguna bahasa tersebut rentan terserang gangguan jiwa, alangkah baiknya kita menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan bisa juga suatu saat bahasa Indonesia bisa menjadi seperti Bahasa Inggris yang sekarang menjadi Bahasa Dunia.Mari kita jaga Bahasa Indonesa. J .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun