Mohon tunggu...
Lindawati Mustikasari
Lindawati Mustikasari Mohon Tunggu... Guru - A teacher, a reader, an explorer :)

Reading and travelling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Seberapa Pentingkah Pemahaman Teori Belajar?

27 Agustus 2022   20:48 Diperbarui: 27 Agustus 2022   21:01 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori belajar adalah salah satu mata kuliah wajib dalam perkuliahan ilmu pendidikan, termasuk di Magister Pendidikan Universitas Pelita Harapan, tempat dimana penulis sedang menuntut ilmu. 

Pada setiap pendidik atau pembelajar ilmu pendidikan, tentu akan muncul pertanyaan kenapa pemahaman teori belajar itu diperlukan, yang akan berimplikasi pada konsep mengajar. Sebelum manjawab pertanyaan ini, berikut adalah ringkasan teori belajar yang penulis pahami.

Ada banyak sekali teori belajar, namun yang akan kita bahas adalah 5 (lima) teori belajar, sebagai berikut:

1. Teori Behaviorisme  (BF Skinner)

Teori ini berpandangan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku yang akan terjadi melalui pemberian rewards dan punishments. Proses belajar dalam teori ini bersifat teacher-centered dan peserta didik menjadi pasif; memberikan respon pada stimulus yang diberikan oleh pendidik. 

Jika responnya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh pendidik, maka peserta didik akan mendapatkan penghargaan. Namun sebaliknya, jika tidak sesuai, akan mendapatkan hukuman. 

2. Teori Kognitivisme (Jean Piaget)

Teori ini berpandangan bahwa belajar adalah sutau proses perubahan persepsi atau pemahaman yang bersumber dari stimulus dari lingkungan dan internal peserta didik itu sendiri, misal dari pengalamannya, atau sistem nilai dalam kehidupan. 

Teori ini menekankan pada proses belajar, bukan pada hasilnya. Ketika menggunakan teori ini, pendidik akan membawa peserta didik untuk menghubungkan materi sebelumnya denga materi yang akan dipelajari.

3. Teori Konstruktivisme (Lev Vygotsky)

Teori ini berpedoman pada gagasan bahwa belajar merupakan proses kreatif dan berpikir untuk mendapatkan pengetahuan baru, dengan cara kolaborasi atau interaksi dengan orang lain atau sumber belajar lainnya. 

Dalam pelaksanaanya, pendidik dapat menggunakan metode-metode inquiry learning, problem-based learning, atau project-based learning, yang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mendapatlan pengetahuan baru secara mandiri. Teori ini mendasari metode pembelajaran pada kurikulum 2013.

4. Teori Humanisme (Abraham Maslow)

Teori ini berlandaskan teori Maslow's Hierarchy of needs, dimana self-actualization menjadi kebutuhan tertinggi pada manusia. Berdasarkan teori ini, peserta didik belajar untuk mencapai potensi dirinya secara maksimum. 

Pendidik dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menampilkan atau mempresentasikan karyanya, sehingga rasa self-actualization dapat terpenuhi.

5. Teori Konektivisme (George Siemens)

Teori ini berpandangan bahwa belajar terjadi karena adanya interaksi antara peserta didik dengan orang lain atau sumber belajar lainnya, dan menggunakan teknologi pada praktiknya. 

Sejak masa pandemi covid 19 di mulai, kita terbiasa dengan pembelajaran hybrid ataupun blended, dimana pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan media teknologi dan komunikasi. Singkatnya, teori ini mengacu pada pembelajaran di era digital.

Setelah membahas perbedaan teori belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak ada teori yang dapat di klaim sebagai teori terbaik untuk diterapkan dalam konsep mengajar. Karena ketika seorang pendidik mengajar, ia perlu mengakomodasi seluruh peserta didik yang memiliki gaya belajar berbeda-beda, dan potensi kecerdasan yang berbeda-beda. 

Pendidik dapat menggunakan seluruh teori belajar yang sesuai dengan pembelajaran yang diberikan. Misal, ada kalanya pendidik perlu memberikan penghargaan keepada peserta didik yang berprestasi (teori behaviorisme). Atau, pembelajaran menggunakan metode problem-based learning untuk membuat peserta didik dapat berolah pikir secara mandiri dan kreatif (teori konstruktivisme).

Kesimpulannya, pendidik dan pembelajar ilmu pendidikan perlu memahami teori belajar untuk dapat menentukan konsep mengajar apa yang akan diterapkan dalam pembelajaran, metode atau strategi pembelajaran apa yang akan digunakan untuk optimalisasi capaian kompetensi yang di raih peserta didik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun