Mohon tunggu...
Linda Wati
Linda Wati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pergaulan Bebas

18 November 2024   09:45 Diperbarui: 26 November 2024   14:28 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pergaulan bebas di era remaja sekarang sudah dianggap lumrah atau hal yang biasa salah satunya yaitu pacaran. Pacaran zaman sekarang sudah seperti suami istri. pelukan, pegangan tangan bahkan lebih dari itu. sudah tidak lagi malu untuk dipamerkan dikhalayak umum Dan di media sosialnya. bahkan berbangga diri terhadap kemaksiatan g dilakukan secara terang-terangan.

Pergaulan bebas merujuk pada hubungan sosial yang kurang memperhatikan norma atau aturan yang ada, terutama dalam hal pergaulan antara pria dan wanita. Dalam pergaulan bebas, batasan moral atau agama seringkali tidak dihormati, dan ini bisa menyebabkan dampak negatif bagi individu, keluarga, dan masyarakat.

Faktor-Faktor yang Mendorong Pergaulan Bebas:
1. Pengaruh Lingkungan:  seperti keluarga, teman sebaya, dan sekolah, memiliki peran penting dalam membentuk perilaku remaja, termasuk pergaulan bebas. Keluarga yang kurang perhatian atau pengawasan, teman sebaya yang memberikan pengaruh negatif, serta lingkungan sekolah yang kurang mendidik, bisa mendorong remaja untuk terlibat dalam pergaulan bebas. Misalnya, seorang remaja yang merasa kurang diperhatikan oleh orang tua dan tergoda oleh tekanan teman untuk berperilaku bebas, akhirnya terjebak dalam gaya hidup yang tidak sehat.
2. Kurangnya Pendidikan Moral dan Agama: Kurangnya pendidikan moral dan agama dapat mendorong remaja terlibat dalam pergaulan bebas. Tanpa pemahaman tentang nilai-nilai moral dan ajaran agama, remaja cenderung tidak menyadari dampak negatif dari perilaku bebas. Misalnya, Siti yang kurang mendapat pendidikan agama, terpengaruh oleh teman-temannya untuk berperilaku bebas, seperti berpacaran tanpa batas, karena tidak memahami pentingnya norma dan ajaran agama dalam kehidupan.
3. Teknologi dan Media Sosial: Akses mudah ke informasi dan konten dewasa melalui internet dapat mempengaruhi cara berpikir dan perilaku seseorang.Teknologi dan media sosial dapat memengaruhi remaja untuk terlibat dalam pergaulan bebas. Konten yang menampilkan gaya hidup bebas dan tekanan dari teman sebaya di dunia maya sering kali mendorong remaja untuk mengikuti perilaku tersebut. Misalnya, Dian, yang terpengaruh oleh foto-foto teman di media sosial, mulai ikut berperilaku bebas seperti pergi ke pesta dan berpacaran tanpa batas, karena merasa itu adalah hal yang normal dan keren.
4. Kurangnya Pengawasan Orang Tua: Ketiadaan pengawasan atau perhatian dari orang tua bisa membuat anak atau remaja lebih bebas dalam bersosialisasi, tanpa mempertimbangkan akibatnya.Kurangnya pengawasan orang tua dapat mendorong remaja terlibat dalam pergaulan bebas. Tanpa perhatian yang cukup, remaja merasa bebas bergaul dengan kelompok yang tidak positif. Misalnya, Rina, yang orang tuanya sibuk, sering pergi tanpa izin dan bergabung dengan teman-teman yang terlibat dalam pergaulan bebas, karena tidak ada pengawasan dari orang tuanya.

 Hal-Hal Teknis yang Harus Dilakukan:
1. Pengawasan dan Pendampingan Orang Tua: Orang tua harus terlibat dalam kehidupan anak mereka, memberikan batasan yang jelas, dan memberikan pemahaman tentang norma serta nilai yang harus dijaga.orang tua harus mengatur pembatasan waktu dan akses anak terhadap teknologi, seperti penggunaan ponsel atau media sosial. Pengawasan terhadap penggunaan perangkat ini akan mengurangi kemungkinan anak terpapar pada konten negatif yang bisa mempengaruhi perilaku mereka. Pembatasan ini harus disertai dengan penjelasan yang jelas mengapa hal tersebut diperlukan, agar anak bisa memahami dan menerima aturan tersebut dengan lebih baik.

pendampingan orang tua dalam setiap kegiatan sosial anak juga sangat efektif. Dengan ikut serta dalam aktivitas anak, seperti menghadiri acara sekolah atau kegiatan ekstrakurikuler, orang tua dapat lebih memahami dinamika pergaulan anak dan memberi bimbingan langsung. Pendampingan ini juga menunjukkan perhatian dan kasih sayang yang akan memperkuat ikatan emosional dengan anak.
2.Komunikasi yang Terbuka: .Salah satu langkah teknis yang sangat penting untuk mencegah pergaulan bebas adalah komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak. Dengan menciptakan ruang dialog yang jujur dan saling mendengarkan, anak merasa lebih nyaman untuk berbicara tentang perasaan, teman-teman, dan masalah yang mereka hadapi. Komunikasi yang terbuka juga memungkinkan orang tua untuk memberikan bimbingan dan arahan yang tepat, serta mendeteksi potensi masalah sejak dini. Anak yang merasa didengar dan dipahami cenderung lebih menghargai nasihat orang tua dan lebih bijak dalam memilih pergaulan. Selain itu, komunikasi yang baik membantu memperkuat ikatan emosional, sehingga anak merasa aman dan terlindungi dalam lingkungan keluarga.
3.Membangun Ketahanan Diri: Mengajarkan individu, terutama remaja, untuk memiliki ketahanan diri dan kemampuan untuk menolak tekanan sosial atau teman sebaya yang mendorong mereka ke dalam perilaku negatif.Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pemahaman tentang nilai-nilai moral, etika, dan pentingnya menjaga diri dari pengaruh negatif. Orang tua bisa mengajarkan anak untuk mengenali dan menanggapi tekanan teman sebaya dengan cara yang sehat, seperti mengatakan "tidak" pada ajakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan di rumah. Selain itu, melibatkan anak dalam kegiatan positif yang membangun kepercayaan diri, seperti olahraga, seni, atau organisasi, juga membantu mereka lebih kuat menghadapi godaan. Dengan ketahanan diri yang kuat, anak lebih mampu membuat keputusan yang tepat dalam bergaul dan menghindari pergaulan bebas.

 Antisipasi dan Solusi:
1. Pendidikan Karakter dan Moral: Memperkuat pendidikan karakter dan moral sejak dini di keluarga, sekolah, dan masyarakat.
2. Pemahaman tentang Akibat Pergaulan Bebas: Menanamkan pemahaman tentang risiko-risiko kesehatan dan psikologis yang bisa timbul dari pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual atau stres emosional.
3. Menciptakan Lingkungan yang Positif: Mengajak anak untuk aktif dalam kegiatan yang positif seperti olahraga, seni, atau organisasi yang bisa mengembangkan diri mereka tanpa terjebak dalam pergaulan yang negatif.
4. Dukungan dari Pemerintah dan Lembaga Terkait: Pemerintah dan lembaga pendidikan harus menyediakan program-program yang mendukung pencegahan pergaulan bebas, seperti penyuluhan tentang kesehatan reproduksi, dan menyaring konten yang tidak sesuai di media.

Mungkin semuanya kembali pada kesadaran diri sendiri, jadi kita sebagai anak muda penurus bangsa untuk kedepanya harus bisa memilih pergaulan agar tidak terjerumus kedalam hal-hal yang dapat merusak masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun