Kadang-kadang terasa aneh bagi saya, kok saya ini berani-beraninya ikut-ikutan belajar nulis online, wong pengalaman nulis ya belum ada. Hanya berbekal sangat seneng pada pelajaran mengarang waktu SD dulu, saya memberanikan untuk masuk ke dalam kelas ini. Dan saya malah berhasil membuat dua orang teman saya, ikut masuk juga ke kelas menulis online kelas berikutnya, karena mereka melihat antusias saya untuk menulis, walaupun saya tidak punya dasar apapun.
Pertama ikut ada rasa minder juga di hati saya, selain dari umur saya yang sudah lebih dari setengah abad, saya juga sangat menyadari bahwa saya belum memenuhi syarat dalam menulis disebabkan karena minimnya eferensi saya dalam membaca.
Tanpa bermaksud membela diri, saya mengakui bahwa saya termasuk dalam golongan generasi yang 'mising link' dalam kebiasaan membaca, orangtua dan lingkungan saya tidak pernah membiasakan saya untuk membaca. Dari kecil saya terus di 'brainwash' yang terpenting dalam hidup itu adalah bekerja bukan membaca, bahkan kalau mama saya melihat saya membaca majalah, komik atau novel kesenangan saya, maka saya akan dimarahi habis.
Tidak cukup itu, pernah ketika usia SD dulu, saya ketahuan membaca komik  yang saya pinjam dari penyewaan buku dekat rumah. Alhasil, komik itu di robek-robek dan dibakar oleh mama saya, karena saya dianggap pemalas, kerjanya hanya baca komik. Hal ini membuat saya sangat sedih dan terluka, ditambah perasaan takut yang luar biasa saat itu, karena saya tidak tahu bagaimana saya bisa mendapatkan uang untuk mengganti komik itu.
Dan tidak cukup itu juga, kejadian seperti ini terulang lagi, ketika SMP, Saya ketahuan membaca novel yang saya pinjam dari teman saya, maka tak ayal lagi, novel itu, dilemparkan ke genting atap rumah oleh mama saya. Saya sangat takut dan tidak tahu bagaimana caranya saya bisa ambil novel itu kembali dari atas genting. Dan akhirnya saya 'pasrah' untuk mengganti novel itu dengan uang jajan saya selama sebulan.
Dari dua kejadian itu, membuat hobby membaca saya pupus, setiap kali saya membaca, selalu ada bagian diri saya yang menuduh saya, bahwa saya pemalas, tidak mau kerja cari uang, kerjanya hanya bermalas-malasan saja dengan membaca buku-buku yang tidak bisa menghasilkan uang. Perasaan bersalah inilah yang selalu mengiringi diri saya, setiap saya habis selesai membaca sesuatu, membuat saya jadi 'memukuli diri' saya sendiri dengan kata-kata pemalas dan tak berguna.
Maka ketika saya berani masuk ke kelas menulis online, bagi saya pribadi adalah sebuah surprise. Saya dengan kemampuan membaca dan menulis yang pas-pasan, berani berkumpul dengan teman-teman yang mungkin referensi membacanya jauh lebih banyak dan lebih berpengalaman menulis dari pada saya.
Dan ternyata keputusan saya memasuki kelas menulis online ini 'tidak salah', karena kelas ini membuat saya termotivasi ketika melihat bagaimana kawan-kawan saya di kelas ini terus dan terus mau berpraktek menulis. Maka saya putuskan bahwa saya juga akan mengikuti ketekunan teman-teman saya untuk menulis dan menulis, tanpa melihat keterbatasan referensi membaca saya.
Yang penting bagi saya sekarang adalah menumbuhkan kemauan saya untuk terus menulis. Ya menuliskan apa saja yang ada di kepala saya. Dan pasti pula dengan harapan hal ini akan beriringan dengan pertumbuhan kemampuan menulis saya juga. Semakin lama akan semakin bertumbuh dalam Teknik, kematangan dan ketajaman hati.
Saya sungguh berterima kasih pada mas Iqbal dan semua taman-teman saya di sini, yang membuat saya berani untuk menulis apa-apa yang ada di kepala saya. Dan saya juga berharap untuk siapa saja yang membaca tulisan saya ini, tergerak juga untuk mulai belajar, walaupun berangkat dari nol, tanpa kemampuan menulis dan membaca seperti saya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H