Esensialisme Filsafat dalam Pendidikan beserta Tokohnya
Nah sebelumnya kita sudah membahas tentang progresivisme filsafat, selanjutnya saya akan membahas tentang esensialisme filsafat pendidikan. Merilah terlebih dahulu kita membahas apa sih Esensialisme?
Esensialisme disini Secara etimologi esensialisme berasal dari bahasa inggris yakni Esensial yang berarti inti atau pokok dari sesuatu sedangkan isme berarti aliran atau madzhab.
Esensialisme merupakan aliran filsafat pendidikan yang tumbuh pertama kali di Amerika Serikat. Aliran ini berkeinginan bahwa bahwa dalam filsafat pendidikan ingin kembali pada kebudayaan-kebudayaan lama sebagai warisan sejarah yang telah mengunggulkan kebaikan-kebaikan bagi kehidupan manusia. Di dalam aliran esensialisme ini terdapat Humanisme dimana humanisme merupakan filsafat yang mendasari dari aliran ini, humanisme memiliki reaksi pandangan hidup yang mengarah kepada keduniawian, serba ilmiah dan materialistik.
Selain itu esensialisme dipengaruhi juga oleh filsafat idealisme dan realisme dengan pelopor tokohnya yaitu Plato dan Aristoteles. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang dapat memiliki kejelasan dan tantangan dalam suatu pembelajaran dengan memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih berdasarkan tatanan yang jelas. Nilai-nilai yang telah terbukti dalam kenyataan akan membawa kebaikan kepada masyarakat dan nilai utamanya dari Neisense. Dimana Neisense disini merupakan tonggak awal munculnya aliran esensialisme yang berkembang pesat pada pertengahan abad ke 19.
Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk seseorang yang berguna dan berkompeten, dengan isi pendidikannya mencangkup ilmu pengetahuan. Sedangkan Kurikulum sekolah bagi esensialisme bisa dijadikan sebagai ukuran kenyataan dan kebenaran. oleh sebab itu, perkembangan kurikulum esensialisme dipengaruhi oleh filsafat idealisme dan realisme.
Esensialisme juga merupakan sebuah istilah yang menegaskan bahwa pendidikan yang baik dan benar terdiri dari pembelajaran keterampilan dasar baik dengan cara membaca, menulis, berhitung, dan lain-lain. Semuanya berguna untuk manusia di masa lalu dan berdasarkan keyakinan sehingga berguna untuk masa yang akan datang. Peradaban yang mereka yakini adalah pada zaman reneisense. Dimana Dalam zaman ini telah berkembang dengan adanya usaha-usaha untuk menghidupkan kembali ilmu pengetahuan dan kesenian terutama pada zaman Yunani dan Romawi kuno.
Tokoh-tokoh esensialisme filsafat pendidikan terdiri dari 4 tokoh diantaranya yaitu;
1. William C Bagley
Merupakan seorang pendidikan dan editor dari Amerika. Dia lahir di Amerika serikat pada tahun 1876 dan meninggal pada tahun 1946 di Amerika. Dia berpendapat bahwa filsafat pendidikan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Minat yang kuat terhadap seorang peserta didik itu sering tumbuh pada upaya awal sehingga dapat menarik perhatiannya.
b. Pengawasan, pengarahan, dan bimbingan orang dewasa itu melekat dalam masa balita yang panjang.
c. Kemampuan untuk mendisiplinkan diri harus menjadi tujuan pendidikan, maka dapat menegakkan kedisiplinan peserta didik merupakan salah satu cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut.
2. John Frieddrich Hebart
John frieddrich lahir pada tahun 1741 dan meninggal pada tahun 1841 di jerman. Dia berpendapat bahwa tujuan pendidikan menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebijaksanaan dari tuhan sedangkan proses pencapaian tujuan menurut tokoh ini disebut dengan pengajaran.
3. William T Haris
William lahir pada tahun 1835 dan meninggal 1909. Menurutnya tugas pendidikan adalah menjadikan terbentuknya realitas berdasarkan susunan yang tidak terelakkan dan berserikat dalam kesatuan spiritual sekolah. Sekolah merupakan lembaga yang memelihara nilai-nilai yang turut menurut. Jadi, penuntun penyesuaian orang pada masyarakat.
4. Johan Frederich Frobel
Johan frederich ini lahir pada tahun 1782 dan meninggal pada tahun 1852. Dia merupakan seorang tokoh transendental dengan corak pandangnya kossintenis. Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang merupakan bagian dari alam ini menurutnya oleh karena itu, ia tunduk dan patuh terhadap hukum alam. Terhadap pendidika ia berpendapat bahwa anak berekspresi kreatif sedangkan tugas pendidikan untuk meminits peserta didik kearah kesadaran diri sendiri yang murni dan sesuai fitrah kejadiannya.