WHO Am I? Sudah lama pertanyaan ini selalu muncul di dalam diri saya. Bukan sebagai orang yang hilang ingatan, tetapi sebagai seorang perempuan yang mencari jati diri. Mungkin bagi sebagian orang hal ini terdengar sepele, tidak penting, atau bahkan terdengar terlalu ribet. Bagi saya, pertanyaan itu sangat berarti.
Saya dilahirkan tahun 1982 di keluarga yang berkecukupan. Almarhum ayah saya seorang pedagang sayur mayur, sedangkan ibu saya adalah ibu rumah tangga tulen.Â
Kehidupan kita tidak kekurangan, karena ada kedua orang tua saya yang berjuang untuk menyekolahkan anak-anaknya minimal sampai dapat gelar sarjana.Â
Dapat dimengerti karena kedua orang tua saya tidak sempat mengenyam pendidikan yang tinggi. Bisa lulus SD saja sudah sangat membanggakan di masa muda kedua orang tua saya. Alhasil.. anak-anaknya harus sekolah lebih tinggi daripada mereka.
Hanya saja, tradisi masih kental mengalir di dalam keluarga saya. Yaitu, anak perempuan tidak perlu sekolah terlalu tinggi karena toh akhirnya harus menikah dan mengurus dapur keluarga. Kalau anak laki-laki justru harus sekolah yang tinggi, karena bakalan jadi kepala keluarga.
Sejujurnya, hal itu tidak berlaku dalam diri saya. Apa mau dikata, saat itu memang sebagai perempuan tidak bisa sebebas laki-laki. Anak perempuan jangan jauh-jauh hidup dari orang tua.Â
Bahkan saat memasuki jenjang kuliah, jurusan yang saya ambil bukanlah pilihan sendiri, melainkan pilihan orang tua. Kesal.......iya.....sedih....banget.Â
Terlontar ucapan, anak perempuan cocoknya ambil jurusan akuntansi, biar nanti gampang dapat kerja. Padahal saat itu saya ingin ambil jurusan Hubungan Internasional. Biar bisa kerja di kedutaan, dan melalang buana. Apadaya impian tidak cukup kuat. Daripada ribut dengan orang tua, saya turutin saja.
Beda sekali dengan zaman sekarang ini. Anak SMP saja sudah tau bakalan mereka mau jadi apa nanti. Mereka mengejar impian mereka sejak dari awal. Hmmm........begitu beruntungnya mereka.Â
Di saat saya mulai mencari tahu bakat dan impian anak-anak saya, saat itu juga saya mulai sadar, mulai muncul pertanyaan "Who am I ?". Mau jadi apa saya? terlepas menjadi ibu bagi anak-anak saya dan istri bagi suami saya.
Berbagai kegiatan saya jalanin, saya kerjakan, tapi semuanya hanya ikut-ikutan saja. Saya tidak menemukan passion saya. Kegiatan yang saya kerjakan hanya sebagai kegiatan yang mengisi waktu luang saya.Â