Rofi Fitriyah
234223010
STKIP Muhammadiyah Kuningan
Pandangan dikotomis tentang Iptek dengan agama membawa konsekuensi pada ambivalensi dalam sistem pendidikan Islam. Di satu sisi lembaga pendidikan Islam menganggap persoalan muamalah bukan bidang utama yang harus dikaji; sedangkan pada sisilain, modernisasi sistem pendidikan Islam perlu memasukkan kurikulum pendidikan umum.
Hal ini mengakibatkan pergeseran makna bahwa mata pelajaran agama hanya menjadi legitimasi untuk mencapai tujuan sistem pendidikan modern serta terjadi kesenjangan antara sistem pendidikan Islam dengan ajaran Islam. Untuk itu, pengintegrasian nilai-nilai Islam kedalam Iptek pada proses pembelajaran merupakan keniscayaan untuk memperbaiki mutupendidikan Islam yang masih tertinggal.
Integrasi pendidikan agama dengan sains dan teknologi yang diartikan sebagai upaya untuk menghubungkan dan memadukan antara pendidikan agama dengan sains dan teknologi, bukan berarti menyatukan atau bahkan mencampuradukkan ketiga-tiganya, karena ketiga entitas itu tak mesti hilang atau harus tetap dipertahankan. dapat dimaknai sebagai suatu upaya integrasi yang menghasilkan konstribusi baru (untuk sains dan/atau agama) yang dapat diperoleh dengan menghubungkan dan memadukan antara pendidikan agama dengan sains dan teknologi tersebut.
Berkaitan dengan sains dan teknologi, al-Qur'an memerintahkan manusia supaya terus berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya untuk terus mengembangkan teknologi dengan memanfaatkan anugerah Allah yang dilimpahkan kepadanya. Menurut Sebagian ulama, terdapat sekitar 750 ayat al-Qur'an yang berbicara tentang alam materi dan fenomenanya, dan yang memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkan alam ini (Nizar dan Syarifudin, 2010: 121).
Integrasi sains dan teknologi dengan Islam dalam konteks sains modern bisa dikatakan sebagai profesionalisme atau kompetensi dalam satu keilmuan yang bersifat duniawi di bidang tertentu dibarengi atau dibangun dengan pondasi kesadaran keTuhanan.Â
Kesadaran keTuhanan tersebut akan muncul dengan adanya pengetahuan dasar tentang ilmu- ilmu Islam. Oleh sebab itu, ilmu-ilmu Islam dan kepribadian merupakan dua aspek yang saling menopang satu sama lain dan secara bersama-sama menjadi sebuah fondasi bagi pengembangan sains dan teknologi.
Integrasi sains dan Agama memiliki nilai penting untuk meng- hilangkan anggapan antara agama dan sains adalah dua hal yang tidak dapat disatukan, dan untuk membuktikan bahwa Agama (Islam) bukan Agama yang kolot yang tidak menerima kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan Agama yang terbuka dan wahyu (al-Qur'an) merupakan sumber atau inspirasi dari semua ilmu.
Yang menjadi substansi sentral dari pelaksanaan integrasi ilmu adalah meletakkan prinsip-prinsip tauhid sebagai landasan epistemologi ilmu pengetahuan dan tidak mengadopsi begitu saja ilmu-ilmu dari Barat yang bersifat sekuler, materialistis, dan rasional empiris.