Mohon tunggu...
Linda Patimasang
Linda Patimasang Mohon Tunggu... Guru -

Lahir di Balikpapan dan belajar disana hingga tamat SMP. Melanjutkan studi di Muntilan dan Yogyakarta. Pernah bekerja sebagai guru privat Bahasa Inggris, tutor Bahasa Indonesia untuk orang asing, reporter dan penyiar radio, MC, penulis di sebuah majalah komunitas, dan saat ini mengajar di sebuah sekolah internasional di Jakarta. Suka menulis, membaca, mendengarkan musik, nonton, travelling, dan berkeliaran di dunia maya. Saat ini tinggal bersama anak lelakinya di Jakarta dan berharap tetap memiliki ruang untuk mengaktualisasiakan diri dan mimpi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bersyukur dari Atas Batu Dinding, Samboja Kaltim

12 September 2016   02:52 Diperbarui: 12 September 2016   07:30 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Walaupun terlambat, tapi saya rasa sah saja kalau saya berbagi pengalaman ketika hiking ke Batu Dinding Samboja awal tahun ini. 

Saya memang suka menulis, tapi menyelesaikan tulisan yang sudah dimulai itu lain lagi ceritanya. Draft blog pribadi penuh dengan penggalan-penggalan catatan perjalanan dan paragraf tentang Batu Dinding ini adalah salah satunya yang sudah ngendon selama berbulan-bulan, menanti untuk diselesaikan. 😬

Jadi, begini ceritanya.

Saya perlu menyewa mobil dan supir untuk bisa menuju Batu Dinding karena saya tidak tahu persis dimana tempatnya. 

Teman saya dari SMP yang saat ini berprofesi sebagai konsultan kesehatan, Eko Ardi, bersedia untuk menemani perjalanan saya kali ini. Yoohoo let's go!

Kami berangkat dari rumah di daerah Balikpapan Baru jam 3 pagi karena ingin melihat matahari terbit atau sunrise. Segala persiapan sudah lengkap, minimal sepatu sport, termasuk untuk anak saya (7 thn), botol minum dan snack secukupnya.

Kondisi jalan dari Balikpapan menuju Batu Dinding cukup baik. Satu hal yang menjadi catatan adalah anda perlu membawa guide yang tahu persis jalan masuk menuju Batu Dinding karena tidak ada petunjuk yang jelas.

Yang saya ingat, jalan masuk tersebut hanya ditandai dengan papan nama jalanan bertuliskan: Jl. Batu Dinding. Itu saja.

Jalan masuknya bukan jalan aspal. Area parkir mobil tidak luas, hanya bisa untuk kurang lebih 5 mobil niaga. Saat kami kesana awal Januari 2016 lalu, tidak ada petunjuk jelas juga kalau lahan ini adalah lahan parkir. Yang membuat kami berhenti saat itu adalah karena melihat seorang bapak2 keluar dari kios jualan. Lalu kami bertanya bagaimana caranya ke Batu Dinding. Bapak tersebut menjelaskan kalau mobil bisa di parkir di dekat kiosnya dan kami bisa melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. 

Baiklah. Dengan senter seadanya dan keremangan cahaya bulan, kami berjalan kaki menyusuri jalan setapak. Peran Eko sangat membantu karena dia sudah pernah ke lokasi ini. Ditambah lagi pengalamannya sebagai mahasiswa pecinta alam membuat kami merasa percaya diri berjalan kaki dalam kegelapan dengan panduannya.

Anak saya sendiri sangat menikmati perjalanan ini. Ini akan menjadi pengalaman pertamanya mendaki gunung berbatu. Dia tampak semangat walaupun sesekali meminta istirahat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun