[caption id="attachment_319430" align="aligncenter" width="300" caption="4 tahun kemudian, anak saya sudah bisa berdoa dengan hio-nya sendiri"]
Keluarga saya di Jakarta, hampir semua keturunan Tionghoa. Perayaan Imlek adalah satu-satunya hari dimana kita semua bisa berkumpul, mulai dari yang paling tua sampai yang paling muda. Akhirnya, saya jadi bisa merasakan menjadi WNI keturunan Tionghoa (walaupun hanya ketika Imlek) dan mencoba mengerti makna dari semua ritual. Walaupun tidak ada satu pun dari kami yang beragama Konghucu, namun kami tetap menjalankan tradisi keluarga sebagai warga keturunan. Berkumpul, berdoa bersama, mendoakan arwah leluhur, dan berbagi rejeki.
Diakuinya perayaan Imlek sebagai hari besar di Indonesia adalah warisan Gus Dur yang sangat mahal bagi WNI keturunan Tionghoa. Semoga kemeriahan yang saat ini bisa dirasakan, tidak mengurangi makna sebenarnya, mendoakan keselamatan semua makhluk dan tetap menjaga keharmonisan di bumi.
GONG XI FA CAI!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H