Nabi Muhammad SAW bukan hanya seorang nabi dan rasul, tetapi juga pemimpin yang dicintai oleh umatnya. Kepemimpinannya melampaui batasan agama dan wilayah, meninggalkan jejak yang diakui tidak hanya oleh pengikutnya tetapi juga oleh orang-orang yang pernah menjadi musuhnya. Keteladanannya menjadi inspirasi hingga hari ini, Nabi Muhammad menjadi sosok nabi pembawa syafa'at dan membuat umatnya dari jaman kegelapan (jahiliyah) hingga jaman terang benderang.Â
1. Sosok Pemimpin yang Penuh Kasih Sayang
Nabi Muhammad ialah Nabi yang selalu mengedepankan kasih sayang dalam memimpin. Beliau tidak pernah memimpin dengan kekerasan, melainkan dengan kelembutan hati. Hal ini terlihat dalam banyak peristiwa, salah satunya adalah ketika penduduk Thaif menolak dakwahnya dengan cara yang menyakitkan-melempari beliau dengan batu hingga tubuhnya terluka. Meskipun demikian, Nabi Muhammad tidak memohon keburukan atas mereka. Beliau justru berdoa, "Ya Allah, berilah mereka petunjuk, karena mereka tidak mengetahui."
Kasih sayang beliau juga ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari. Nabi Muhammad dikenal sebagai orang yang sangat menghormati hak-hak perempuan, anak-anak, dan orang-orang yang kurang mampu. Beliau selalu memastikan keadilan ditegakkan tanpa memandang status sosial.
2. Keteladanan dalam Kepemimpinan
Sebagai seorang pemimpin, Nabi Muhammad memiliki sifat amanah dan adil. Salah satu contoh paling terkenal adalah Perjanjian Hudaibiyah. Dalam perjanjian ini, kaum Quraisy sempat memaksakan syarat yang tampaknya merugikan umat Islam. Namun, Nabi Muhammad menerima syarat tersebut dengan visi yang jauh ke depan. Keputusan ini membuktikan kebijaksanaan beliau sebagai pemimpin yang mampu melihat kepentingan jangka panjang umatnya.
Keberhasilan kepemimpinan Nabi Muhammad juga tercermin dalam persaudaraan yang beliau bangun antara kaum Muhajirin dan Anshar di Madinah. Persaudaraan ini bukan hanya simbolis, tetapi juga nyata dalam bentuk kerja sama dan saling membantu antara kedua kelompok.
3. Musuh yang Mengakui Kehebatan Beliau
Kepribadian Nabi Muhammad bahkan diakui oleh orang-orang yang awalnya memusuhi Islam. Salah satunya adalah Abu Sufyan, yang sebelum masuk Islam memimpin banyak peperangan melawan Nabi Muhammad. Setelah menyaksikan integritas dan kelembutan hati Nabi Muhammad, Abu Sufyan mengakui keunggulan beliau sebagai pemimpin sejati.
Ketika Nabi Muhammad berhasil merebut kembali Makkah (Fathu Makkah), beliau menunjukkan sikap pemaaf yang luar biasa. Beliau tidak menghukum orang-orang Quraisy yang selama ini memusuhinya. Sebaliknya, beliau berkata, "Pergilah, kalian bebas." Sikap ini membuat banyak orang Quraisy tergerak untuk masuk Islam.