Mohon tunggu...
Linda Nurlinasari
Linda Nurlinasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Writer~Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati

Linda Nurlinasari sering disapa Linda atau nda ini merupakan seorang remaja asal kabupaten Sumedang yang saat ini sedang menempuh sekolah di perguruan tinggi tepatnya di Universitas Sunan Gunung Djati Islam Bandung. Dia merupakan alumni Pondok Pesantren Darussalam Kasomalang Subang yang merupakan deretan pondok terbaik di kabupaten Subang pada tahun 2022. Saat ini ia sedang disibukan dengan berbagai aktivitas seperti membuat konten youtube dan pembimbing dalam komunitas ngambis ptkin. Ia pun diwaktu senggangnya menyibukkan dengan menjual produk-produk fashion di beberapa e-commerce juga di beberapa sosial media.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membaca di Era Digital, Bagaimana Teknologi Mengubah Kebiasaan Literasi Kita? Yuk Simak!

25 Desember 2024   19:27 Diperbarui: 25 Desember 2024   19:27 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era modern ini, teknologi telah membawa perubahan besar dalam hampir setiap aspek kehidupan, termasuk cara kita membaca. Jika dulu membaca identik dengan membuka halaman-halaman buku fisik, kini membaca sering kali dilakukan melalui layar ponsel, tablet, atau komputer. Transformasi ini menghadirkan berbagai peluang sekaligus tantangan dalam mempertahankan kebiasaan literasi.

Salah satu perubahan yang mencolok adalah kemudahan akses informasi. Dalam hitungan detik, kita dapat mengakses buku elektronik, artikel, atau jurnal ilmiah dari berbagai penjuru dunia. Teknologi memungkinkan semua orang, tanpa memandang lokasi geografis, untuk memperoleh bacaan berkualitas. Namun, kemudahan ini juga membawa konsekuensi: banyak orang tergoda untuk hanya membaca cuplikan informasi tanpa mendalami isinya. Kebiasaan membaca sekilas ini, yang sering disebut skim reading, memengaruhi kemampuan membaca kritis dan pemahaman mendalam.

Selain itu, media sosial memiliki peran signifikan dalam membentuk pola literasi. Platform seperti Twitter dan Instagram menghadirkan konten pendek yang mudah dicerna. Meskipun bermanfaat untuk mendapatkan informasi cepat, hal ini juga menggeser preferensi pembaca dari teks panjang ke format singkat. Akibatnya, tingkat kesabaran membaca teks yang kompleks semakin menurun.

Namun, era digital tidak sepenuhnya membawa dampak negatif. Banyak aplikasi dan situs yang dirancang untuk mendorong kebiasaan membaca, seperti aplikasi perpustakaan digital atau platform diskusi buku. Teknologi ini membuka peluang bagi komunitas literasi baru untuk terbentuk dan berkembang.

Kunci untuk tetap menikmati membaca di era digital adalah menemukan keseimbangan. Penting untuk memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu tanpa kehilangan esensi dari membaca itu sendiri: menikmati prosesnya, memahami maknanya, dan mengembangkan wawasan. Membaca bukan hanya soal menyerap informasi, tetapi juga memperkaya jiwa dan membuka pintu menuju dunia baru yang penuh inspirasi.

Artikel ini adalah ajakan untuk kembali merenungkan kebiasaan literasi kita di tengah perkembangan zaman. Apakah kita telah membaca dengan benar, atau hanya sekadar melintas tanpa makna? Dunia digital mungkin telah mengubah caranya, tetapi tujuan dari membaca tetap sama: membangun pemahaman yang lebih baik tentang diri kita dan dunia di sekitar kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun