Ujian Nasional (UN) akan dilangsungkan secara serentak di 79.000 SMP dan SMA sederajat di seluruh Indonesia, mulai Senin 13/04/2015. Dari puluhan ribu sekolah tersebut, ada sejumlah sekolah yang menggelar UN berbasis komputer.Ada 556 sekolah yang mengadakan Ujian Nasional berbasis komputerPertama kalinya Indonesia menggunakan metode semacam ini karena sebelumnya hanya menggunakan lembaran ujian tertulis biasa.
Ujian Nasional berbasis sistem Komputer atau computer based test (CBT) digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Anies Baswedan, hal ini dilakukan dengan beberapa alasan, termasuk menekan biaya .
Banyak hal yang seharusnya dipikirkan oleh pemerintah bukan hanya sekedar penghematan biaya namun dampak yang akan ditimbulkan atau pengaruh dari ujian nasional berbasis komputer ini. Tidak lain tidak bukan metode ini akan berdmapak pada berbagai hal terutama pada siswa itu sendiri, kesiapan siswa apakah semuanya sudah bisa mengoprasikan komputer karena belum tentu semuanya bisa mengoprasikan komputer. CBT juga bisa menjadi penyakit bagi siswa karena kemungkinan bisa menggagu pengelihatan siswa karena dalam beberapa hari dan beberapa jam siswa harus memfokuskan dirinya di depan komputer untuk melihat soal sehingga konsentrasi siswa juga bisa pecah.
Ujian nasional berbasis Komputer juga dirasa sangat mendadak atau terlalu cepat karena dilihat dari kondisi insfratruktur Indonesia saat ini dan juga dikarenakan ini pertamakalinya Indonesia mengadakan metode ini dan sebagai uji coba pertama, oleh karena itu perlu adanya persiapan yang matang, sehingga tidak ada kendala yang terlalu serius, misalnya kendala yang paling besar adalah masalah kelistrikan, kemungkinan matinya lampu secara tiba-tiba otomatis itu bisa menjadi kendala dalam UN berbasis komputer sehingga perlunya persiapan yang memadai seperti UPS sebagai penyimpan cadangan listrik sehingga pada saat lampu mati itu tidak menjadi kendala terhambatnya Ujian Nasional dilaksanakan. Itu sebagai salah satu kendalanya sedangkan kendala yang lain seperti tekhnisi yang mengatur serta sarana dan prasarana dan sebagainya perlu diperhatikan. Â .
UN tidak menjadi penentu kelulusan tahun ini. Kelulusan ditentukan oleh nilai sekolah dan nilai rapot siswa. Namun nilai UN dijadikan nilai untuk bisa masuk perguruan tinggi. Tujuan UN untuk mengukur kinerja siswa, sehingga siswa tidak berpikir belajar agar bisa lulus tetapi nilai UN dipakai untuk masuk keperguruan tinggi.
Perlu di kritisi pengawasan pada UN kali ini. Meski UN sudah tidak lagi menjadi penentu kelulusan, pemerintah terkesan memperlonggar pengawasan yang dibuktikan dengan tidak dilibatkannya pengawas dari perguruan tinggi.
Sekarang Kemendikbud seolah melepas tanggung jawabnya ke sekolah padahal kementerian harus bertanggung jawab untuk mengawasi ketat karena ini kebijakan pusat. Karena kemungkinan besar terjadinya kebocoran soal, ini sudah dibuktikan bahwa telah terjadinya kebocoran soal ujian. Sehingga perlu dipertanyakan kebocoran soal salah siapa? Kenapa bisa terjadi?
Berhubung Ujian Nasional berbasis Komputer adalah salah satu uji coba pertama seharusnya pemerintah tidak terlalu banyak mengambil sekolah sebagai tempat uji coba cukup beberapa sekolah saja sebagai bahan evaluasi untuk penerapan yang lebih baik lagi tahun depan sehingga tidak terjadi kendala-kendala yang berat dan konflik-konflik lain karena kita tahu sendiri kondisi Indonesia hari ini seperti apa. Dengan berbagai gejolak dan permasalahn yang dialami bisa menjadi pertimbangan pemerintah dalam membuat kebijakan seperti kebijakan Ujian Nasional Berbasis Komputer ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Pendidikan Selengkapnya