Bogor, 24 Maret 2019, Siapa yang menyangka bahwa di Bogor Kota masih terdapat suatu daerah yang masih mendominasi berita hoax atau mitos yang kuat.
Masyarakat yang ada disana pun masih membutuhkan proses untuk mengenal, mengadopsi hal-hal yang baru dan menyeleksi hal baru tersebut. Daerah itu bernama Rancamaya yang terletak di Bogor Selatan. Rancamaya adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Sejak tahun 1995, desa ini secara resmi masuk ke dalam wilayah Kecamatan Bogor Selatan. Pada tahun 2000, desa ini ditingkatkan statusnya menjadi Kelurahan Rancamaya. Untuk bisa mencapai kesana, kalian bisa menggunakan dua kali angkutan umum dari Bogor Kota.
"Masyarakat yang ada di daerah Rancamaya masih percaya bahwa keluar malam itu pamali dan mereka memberitahu ke anak-anaknya jika ada orang yang tidak dikenal langsung lari atau teriak saja," ungkap Akang pemimpin sanggar Prabu di Rancamaya.
Masyarakat disana merupakan masyarakat urbanisasi. Mereka menyambut baik orang baru yang datang ke desa mereka tetapi kurang agresif dengan orang yang tidak dikenal. Pola pikir masyarakatnya masih tergolong cara berpikir orang dahulu, seperti contoh masalah pendidikan, mereka ingin anaknya mendapatkan pekerjaan yang layak tetapi pendidikan sang anak masih diabaikan oleh para orangtua. Mereka lebih mendukung anaknya di pesantrenkan dibandingkan menyekolahkan anaknya di sekolah negeri atau swasta dengan alasan tidak punya cukup biaya untuk menyekolahkan anaknya.
"Bukan hanya pendidikan, masalah kesehatan pun sama. Mereka lebih mempercayakan dukun beranak untuk membantu persalinan kelahiran anak mereka daripada bidan yang ada di daerah tersebut. Asupan gizi anak mereka pun kurang diperhatikan dan lebih mengutamakan gaya hidup yang hedonisme dibandingkan pendidikan dan kesehatan.Â
Pernah suatu malam ada acara pengajian yang mengundang ustad dari luar, namun seketika lingkungan sekitar masjid tersebut berubah menjadi pasar malam dan masyarakat lebih tertarik untuk ke pasar malam dibandingkan mendengarkan ceramah yang disampaikan oleh ustad. Ketika merokok, banyak sekali bapak-bapak atau kakeknya yang dengan santai merokok didekat anak atau cucu mereka tanpa sadar bahaya yang ditimbulkan dari asap rokok tersebut.Â
Masyarakat juga lebih menyukai mengambil berita tanpa disaring terlebih dahulu kebenarannya daripada berdiskusi, dan mereka akan ketakutan jika diajukan pertanyaan karena takut salah menjawab," papar Akang saat diwawancarai.
Lingkungan disana masih sangat asri karena letaknya yang berdekatan dengan gunung salak. Transportasi didaerah sana pun masih terlampau jarang apalagi setelah magrib menjelang. Masyarakat disana rata-rata bermata pencaharian sebagai pekerja di indsutri tekstil, tetapi tidak banyak dari mereka yang masih bertani dan berdagang.
"Rancamaya termasuk kota, namun pada realitanya belum," tutupnya. Dari pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa di daerah kota pun masih ada masyarakat yang sangat selektif dalam memilih idealisme yang masuk kedalam daerahnya. Banyak dari mereka yang lebih mengutamakan gaya hidupnya yang hedonisme dibandingkan hal-hal yang menurut kita lebih penting untuk diutamakan seperti pendidikan dan kesehatan.Â
Ini tugas kita sebagai akademisi untuk mengubah masyarakat yang mempunyai pola pikir lama ke arah pola pikir yang modern, tentunya tanpa menyimpang dari aturan yang telah ada serta budaya yang telah kita kenal sebelumnya. Kita juga tidak disarankan untuk menilai segala sesuatu itu buruk, kita harus jeli dalam memilih informasi, apakah informasi tersebut benar atau tidak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H